Ahad 24 Jul 2022 13:09 WIB

China akan Konsolidasikan Pemulihan Ekonomi

China akan memprioritaskan upaya stabilisasi lapangan kerja dan harga.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang ibu dan anaknya melintasi jalanan di Beijing.  China akan memprioritaskan upaya stabilisasi lapangan kerja dan harga untuk membangkitkan ekonomi.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Seorang ibu dan anaknya melintasi jalanan di Beijing. China akan memprioritaskan upaya stabilisasi lapangan kerja dan harga untuk membangkitkan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Media pemerintah China mengatakan Negeri Tirai Bambu berusaha keras mengkonsolidasikan pemulihan ekonomi terutama pada kuartal ketiga yang penting. Pemerintah China dilaporkan akan memprioritaskan upaya stabilisasi lapangan kerja dan harga.

Perekonomian terbesar kedua di dunia itu hampir mengalami kontraksi pada kuartal kedua dengan pertumbuhan hanya 0,4 persen year-on-year. Pelemahan itu disebabkan karena peraturan pembatasan sosial Covid-19, melemahnya sektor properti dan  konsumen yang masih berhati-hati. Beijing menargetkan pertumbuhan 5,5 persen pada 2022 ini.

Baca Juga

Tantangan berat yang dihadapi China pada paruh kedua masih berkisar pembatasan sosial Covid-19 ketat yang dapat mengganggu bisnis, angka pengangguran dan konsumsi. Demi menumbuhkan pertumbuhan pemerintah menggunakan taktik lama dengan mengeluarkan utang untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur besar.

"Kami akan berusaha keras untuk mengkonsolidasi dasar pemulihan ekonomi, mendorong stabilitas ekonomi dan mempertahankan operasi ekonomi dengan cakupan yang masuk akal, memberikan prioritas untuk memastikan tujuan stabilisasi dan harga tercapai," kata media pemerintah China mengutip kabinet, Sabtu (23/7/2022).

Survei menunjukkan angka pengangguran seluruh negeri pada bulan Juni menurun dari bulan Mei dari 5,9 persen menjadi 5,5 persen. Namun, pengangguran anak muda mencapai titik tertingginya di angka 19,3 persen. Buruh migran kerah biru terpaksa pulang ke desa karena tidak ada pekerjaan di kota.

CPI (Consumer Price Index) pada bulan Juni naik dari 2,5 persen tahun sebelumnya, tertinggi pada 23 bulan. Angka ini mencerminkan tekanan pada impor walaupun China mengendalikan harga domestik.

Demi mendanai proyek infrastruktur dan pertumbuhan, pemerintah China menetapkan kuota kredit baru pada bank sebesar 800 miliar yuan atau 118 miliar dolar AS dan mengizinkan bank mengeluarkan obligasi sebesar 300 miliar yuan.

Kabinet mengatakan pemerintah masih mempertimbangkan banyak kebijakan seperti mendanai instrumen melalui kebijakan bank untuk memainkan peran dalam mendorong investasi.

Pekan ini Kementerian Pertahanan dan Desa mengatakan pada akhir Juni lalu 90,7 persen pekerja imigran pulang ke provinsi masing-masing untuk mencari pekerjaan. Kementerian tidak menyebutkan jumlah pekerja yang masih belum mendapat pekerjaan.

Kabinet mengatakan institusi keuangan harus membuat peraturan pinjaman yang fleksibel bagi masyarakat yang terdampak Covid-19. Pemerintah China juga memastikan stabilitas pasar properti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement