Ahad 31 Jul 2022 17:39 WIB

Analis Ungkap Kondisi Emiten MTEL Pasca-IPO, Sebut Arus Kas Tergolong Sehat

Analis Mirae sebut arus kas Mitratel terjaga dengan tingkat rasio utang terjaga

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Analis Mirae Sekuritas Nafan Aji menilai kondisi anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL), dalam trek yang benar. Nafan menyebut cashflow atau arus kas Mitratel pasca-IPO masih terjaga dengan baik yang mana tingkat rasio utang terhadap modal masih cukup rendah untuk ukuran infrastruktur.
Foto: Telkom
Analis Mirae Sekuritas Nafan Aji menilai kondisi anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL), dalam trek yang benar. Nafan menyebut cashflow atau arus kas Mitratel pasca-IPO masih terjaga dengan baik yang mana tingkat rasio utang terhadap modal masih cukup rendah untuk ukuran infrastruktur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Mirae Sekuritas Nafan Aji menilai kondisi anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL), dalam trek yang benar. Nafan menyebut cashflow atau arus kas Mitratel pasca-IPO masih terjaga dengan baik yang mana tingkat rasio utang terhadap modal masih cukup rendah untuk ukuran infrastruktur.

"Yang terpenting rasio utang terhadap modal tidak mencapai ratusan persen. Kondisi arus kas Mitratel masih tergolong sehat," ujar Nafan saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (31/7).

Dengan kondisi keuangan yang sehat, Nafan mengatakan Mitratel punya keleluasaan dalam menjalankan aksi korporasi melalui akuisisi tower. Bagi Nafan, langkah Mitratel ini merupakan bagian dalam akselerasi digitalisasi, terutama di luar Pulau Jawa.

Nafan mengatakan wilayah di luar Pulau Jawa memerlukan dukungan infrastruktur digital yang mumpuni dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

"Saya menilai rencana Mitratel dalam IPO memang untuk ekspansi bisnis dengan cara misalkan berinvestasi di sektor pengembangan tower terutama di luar Jawa yang membutuhkan konektivitas tinggi dalam hal infrastruktur berbasis telekomunikasi," ucap Nafan.

Nafan mengatakan keberadaan infrastruktur digital merupakan hal yang mutlak diperlukan seiring tren peningkatan perkembangan teknologi dan potensi pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa. Nafan menilai aksi akuisisi tower Mitratel di luar Pulau Jawa akan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. 

Menurut Nafan, para pelaku pasar dapat mengapresiasi ekspansi bisnis Mitratel yang akan berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan akselerasi digitalisasi di luar Jawa.

"Hal-hal ini otomatis turut memengaruhi potensi peningkatan permintaan dari sektor telekomunikasi di luar Jawa, apalagi ke depan berkaitan pengembangan 5G yang tentu membutuhkan infrastruktur tower untuk meningkatkan konektivitas," kata Nafan.

Pengamat Ekonomi Digital dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyampaikan pangsa pasar yang besar menjadi alasan selama ini investasi tower Mitratel berada di Pulau Jawa. Namun, lanjut Huda, Telkom Group mempunyai mandat memberikan jaringan internet merata di Indonesia sehingga anak usahanya harus bisa membantu, termasuk Mitratel.

"Jadi tepat apa yang dilakukan Mitratel dengan mengincar pangsa pasar luar Pulau Jawa karena itu tugas dari BUMN," ucap Huda.

Huda menilai ekspansi tower Mitratel ke luar Jawa memiliki dampak besar dalam jangka panjang bagi perekonomian di luar Jawa. Terlebih, pemerintah juga mempunyai tanggung jawab pemerataan akses internet.

"Dengan Mitratel menyediakan tower, saya rasa digitalisasi semakin cepat untuk daerah luar Pulau Jawa," kata Huda.

Sebelumnya, Mitratel berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3,72 triliun pada semester I 2022. Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan capaian ini meningkat 15,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pria yang akrab disapa Teddy itu menyampaikan kenaikan pendapatan ini turut memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan laba bersih perusahaan pada periode sama sebesar 27,2 persen menjadi Rp 892 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement