Selasa 02 Aug 2022 05:02 WIB

Ancang-Ancang Program Dosis Keempat Vaksin Covid-19

Dosis keempat Covid-19 saat ini telah dimulai untuk kalangan tenaga kesehatan.

Red: Andri Saubani
Seorang tenaga kesehatan menunggu giliran untuk disuntik vaksin Covid-19 dosis keempat (booster kedua) di Rumah Sakit Mata Cicendo, Jalan Cicendo, Sumur Bandung, Kota Bandung, Senin (1/8/2022). Program dosis keempat vaksin Covid-19 bagi tenaga kesehatan digelar setelah kembali ditemukannya kasus kematian akibat Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan. (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Seorang tenaga kesehatan menunggu giliran untuk disuntik vaksin Covid-19 dosis keempat (booster kedua) di Rumah Sakit Mata Cicendo, Jalan Cicendo, Sumur Bandung, Kota Bandung, Senin (1/8/2022). Program dosis keempat vaksin Covid-19 bagi tenaga kesehatan digelar setelah kembali ditemukannya kasus kematian akibat Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan. (ilustrasi)

Oleh : Andri Saubani, jurnalis Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, Pola eksponensial peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia masih terus berlangsung hingga kini. Menurut data Satgas Penanganan Covid-19, angka reproduksi efektif atau RT yang menggambarkan potensi penularan di masyarakat mengalami peningkatan dari 1,22 pada 1 Juli menjadi 1,26 pada 15 Juli 2022. 

Kenaikan kasus Covid-19 saat ini dipicu penularan varian Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 yang diyakini mudah menginfeksi dan lebih cepat menular. Selain itu, masyarakat yang mulai abai terhadap protokol kesehatan juga dinilai sebagai faktor penyebab.

Saat ini, kasus harian Covid-19 di Indonesia berada pada kisaran 5.000-an kasus per hari. Dibandingkan dengan kondisi sebulan lalu, peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 saat ini terbilang naik signifikan dari ratusan perharinya menjadi ribuan.

Angka kematian harian juga meningkat. Jika pada Juni 2002 kematian harian Covid-19 berada pada kisaran di bawah 10 kasus, saat ini, setiap harinya terdapat penambahan belasan kasus kematian baru Covid-19.

Yang menjadi peringatan adalah, di antara kematian baru Covid-19, pada pekan lalu tercatat dua dokter meninggal dunia akibat Covid-19. Pemerintah pun langsung meresponsnya dengan melaksanakan program vaksinasi dosis keempat atau booster kedua bagi tenaga kesehatan (nakes).

Kematian nakes menjadi peringatan karena merujuk pada 2 tahun pandemi, bergugurannya nakes menjadi penanda awal bahwa virus Corona apa pun variannya mulai kembali mengganas. Respons cepat pemerintah dengan menggelar dosis keempat bagi nakes layak diapresiasi sebagai antisipasi agar keganasan Corona tidak merembet kepada masyarakat luas.

Vaksinasi sejauh ini terbukti berhasil mengurangi tingkat keparahan dan juga angka kematian pasien covid dibandingkan dengan kondisi saat vaksin belum ditemukan. Hanya masalahnya sekarang, setelah mayoritas masyarakat sudah mendapatkan dua dosis (dosis lengkap) vaksin Covid-19 apa pun mereknya, sulit bagi pemerintah untuk menggenjot cakupan vaksinasi booster.

Cakupan vaksin dosis penguat belum bisa dibilang masif karena saat ini ‘baru’ mencapai 56.124.804 jiwa hingga Senin (1/8). Jumlah itu artinya, vaksin dosis booster baru mencakup 26,94 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 yakni sebanyak 208.265.720 orang.

Bandingkan dengan penduduk yang mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 yang telah mencapai 170.084.402 orang atau setara 81,67 persen dari total sasaran. Sedangkan, penerima dosis pertama telah mencapai 202.485.668 orang atau setara 97,22 persen dari total sasaran.

Masyarakat sepertinya memang harus ‘dipaksa’ agar mau mengikuti program vaksinasi booster. Selama empat pekan terakhir contohnya, setelah pemerintah mengeluarkan aturan terbaru terkait kewajiban booster bagi pelaku perjalanan dan masyarakat yang ingin mengakses fasilitas atau ruang publik, menurut Satgas Covid-19 terjadi peningkatan peserta booster hingga 70 persen.

Keberhasilan ‘memaksa’ masyarakat disuntik vaksin booster sebulan terakhir ini tampaknya membuat pemerintah ancang-ancang menggelar program vaksinasi dosis keempat tidak hanya untuk nakes. Toh dari segi ketersediaan, stok vaksin Covid-19 yang dimiliki pemerintah saat ini diklaim sedang melimpah.  

Argumentasi yang diberikan pemerintah atas pentingnya vaksin Covid-19 dosis keempat di antaranya adalah rata-rata keberlangsungan imunitas dari vaksinasi yaitu 6 bulan pascapenyuntikkan dan efektivitas perlindungan akibat dari peningkatan antibodi di dalam tubuh. Menurut studi dari COV-Boost, penyuntikkan dosis keempat vaksin berplatform mRNA, efektif meningkatkan level antibodi dan imunitas seluler tanpa menimbulkan efek samping atau KIPI berat.

Nemun, penelitian lainnya dari EMA’s Covid-19 Task Force (ETF) dan the European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), merekomendasikan pemberian vaksin dosis keempat harus dilakukan sesuai skala prioritas risiko penularan. Khususnya orang dengan gangguan imunitas dengan jenis vaksin yang sesuai dengan kemampuan penerimaan tubuh, barul setelah itu disuntikkan bertahap kepada seluruh populasi.

Dimulainya program pemberian dosis keempat vaksin Covid-19 kepada nakes saat ini sesuai dengan dua rekomendasi penelitian di atas. Sehingga, sangat memungkinkan setelah nakes, pemerintah akan juga menggelar program booster kedua bagi masyarakat. Kita tunggu saja apakah masyarakat kembali akan 'dipaksa' untuk mengikuti program dosis keempat vaksin Covid-19.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement