Selasa 02 Aug 2022 01:30 WIB

Hadapi Ancaman Krisis Pangan, Jokowi Ajak Masyarakat Berikhtiar Bersama

Jokowi ajak masyarakat berikhtiar bersama menghadapi ancaman krisis pangan.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) dan Wakil Presiden Ma
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) dan Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh masyarakat untuk berikhtiar dan berdoa bersama-sama agar Indonesia tak menghadapi krisis baik pangan maupun energi yang saat ini tengah mengancam dunia. Hal ini disampaikan Jokowi dalam acara zikir dan doa kebangsaan 77 tahun Indonesia Merdeka di halaman depan Istana Merdeka, Senin (1/8).

"Marilah kita berdoa bersama, zikir bersama memohon kepada Allah SWT agar negara kita selalu dilimpahi oleh pangan dan energi dan kita tidak kekurangan akan hal itu," kata Jokowi.

Baca Juga

Jokowi berharap stok pangan dan energi di Indonesia justru melimpah, sehingga bisa membantu negara-negara lain yang tengah mengalami kesulitan saat ini. Jokowi mengatakan, dunia saat ini tengah mengalami krisis pangan dan energi baik akibat pandemi Covid-19 dan juga perang di Ukraina.

Harga pangan di banyak negara lainnya pun telah mengalami kenaikan, bahkan hingga 50 persen. Hal ini disebabkan karena gandum yang menjadi salah satu komoditas pangan masyarakat dunia mengalami kelangkaan.

Jokowi menceritakan, kelangkaan gandum terjadi karena adanya perang antara Ukraina dan Rusia. Untuk membantu mengatasi ancaman krisis pangan ini, Jokowi pun mengunjungi Ukraina dan Rusia. Di Ukraina, Jokowi menyebut masih banyak stok gandum yang tak bisa dikirim ke negara lain akibat perang.  

"Ada stok di Ukraina, stok di gudang 22 juta ton, stok proses dalam panen 55 juta ton. Artinya ada 77 juta ton gandum di Ukraina ga bisa keluar karena perang," ujar Jokowi.

Sedangkan di Rusia, stok gandumnya bahkan mencapai 130 juta ton. Dengan demikian, terdapat 207 juta ton gandum baik di Ukraina dan Rusia yang tak bisa dikirimkan ke berbagai negara lain.

Kondisi ini menyebabkan sekitar 330 juta orang kelaparan. Bahkan dalam enam bulan ke depan diprediksi sebanyak 800 juta orang akan mengalami kelaparan dan kekurangan makan akut. Jokowi pun bersyukur, kondisi pangan di Indonesia masih terjamin. Sebab, masyarakat masih bisa mendapatkan beras dengan mudah dan dengan harga yang stabil.  

Selain krisis pangan, Jokowi juga mengingatkan masyarakat adanya krisis energi yang tengah melanda dunia. Hampir di semua negara mengalami kenaikan harga bensin hingga dua kali lipat dan harga gas hingga lima kali lipat.

"Sehingga muncul krisis ketiga yaitu krisis keuangan. Beberapa negara yang tidak kuat ambruk karena sudah tidak memiliki uang cash baik untuk membeli energi bensin dan gas atau membeli pangan," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement