Kamis 04 Aug 2022 09:32 WIB

Atasi Perubahan Iklim, Selandia Baru akan Relokasi Rumah Warga

Adaptasi iklim, Selandia Baru akan merelokasi warga ke tempat yang lebih tinggi.

Rep: Dwina Agustin / Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pemerintah Selandia Baru pada Rabu (3/8/2022) merilis rencana adaptasi iklim pertamanya. Salah satu rencananya yaitu merelokasi warga ke tempat yang lebih tinggi.
Foto: Mark Baker/AP
Pemerintah Selandia Baru pada Rabu (3/8/2022) merilis rencana adaptasi iklim pertamanya. Salah satu rencananya yaitu merelokasi warga ke tempat yang lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pemerintah Selandia Baru pada Rabu (3/8/2022) merilis rencana adaptasi iklim pertamanya. Salah satu rencananya yaitu merelokasi warga ke tempat yang lebih tinggi.

Menteri Perubahan Iklim, James Shaw, mengatakan, sekitar 70 ribu rumah yang terletak di pesisir Selandia Baru terancam oleh kenaikan air laut. Selain itu, rumah-rumah warga di pedalaman berisiko terkena. Dia mengatakan, Selandia Baru lambat beradaptasi dengan perubahan iklim, yang pada akhirnya akan menghabiskan lebih banyak biaya.

“Saya frustrasi karena selama tiga dekade terakhir, pemerintah berturut-turut tidak memberikan perhatian dalam bentuk nyata apa pun terhadap tantangan yang kita hadapi dari dampak perubahan iklim. Kita harus memulai di suatu tempat," ujar Shaw.

Rencana Adaptasi Nasional mencakup kemungkinan relokasi rumah dan aset yang terletak dataran rendah, karena naiknya air laut. Termasuk mengantisipaai datangnya badai yang menyebabkan banjir.

"Di beberapa daerah yang sangat terpapar, risiko dari bahaya alam dan dampak iklim mungkin tidak dapat ditoleransi. Genangan bangunan dan infrastruktur akan mulai terjadi, yang menyebabkan kerusakan langsung dan hilangnya beberapa fasilitas seperti jalan atau layanan penyelamat lainnya, dan ruang terbuka publik," ujar paparan dalam Rencana Adaptasi Nasional.

Shaw mengatakan, biaya adaptasi akan ditanggung oleh pemilik rumah, perusahaan asuransi, bank, dewan lokal dan pemerintah pusat.  Dia mengatakan, pemerintah mempertimbangkan memberikan bantuan kepada mereka tidak mampu mengeluarkan biaya secara mandiri untuk relokasi.

Rencana tersebut juga bertujuan untuk membuat data perubahan iklim granular agar dapat diakses secara luas. Dalam beberapa kasus perubahan iklim dapat berdampak pada tingkat asuransi dan harga properti.

Dosen senior perubahan iklim di Universitas Waikato, Luke Harrington,  mengatakan, pemerintah Selandia Baru mengeluarkan Rencana Adaptasi Nasional di waktu yang tepat.  Selandia Baru perlu menghadapi ancaman naiknya air laut dan dampak iklim lainnya seperti kekeringan dan cuaca ekstrem.

“Rencana Adaptasi Nasional ini merupakan langkah awal yang bagus untuk mengatasi beberapa tantangan ini, meskipun masih ada kekurangan dalam beberapa detailnya,” kata Harrington.

Rencana adaptasi muncul dua bulan setelah pemerintah merilis rencana untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Rencana tersebut mencakup program uji coba untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah membuang pemboros gas lama mereka, dan menggantinya dengan mobil hibrida atau mobil listrik yang lebih bersih. Institut Nasional Penelitian Air dan Atmosfer mengatakan, enam bulan pertama tahun 2022 Selandia Baru mencatat suhu terpanas kedua dengan rata-rata naik 15 derajat Celcius.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement