Sabtu 06 Aug 2022 00:20 WIB

Afrika Selatan Laporkan Kematian Pertama Terkait Vaksin Covid-19 J&J

Seorang penerima vaksin J&J di Afrika Selatan meninggal dunia.

Rep: Adysha Citra Ramadani, Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Johnson & Johnson atau vaksin Janssen (ilustrasi). Otoritas di Amerika Serikat telah mengungkapkan bahwa ada peningkatan risiko sindrom Guillain-Barre dalam kurun enam pekan setelah vaksinasi.
Foto: AP/Rahmat Gul
Vaksin Johnson & Johnson atau vaksin Janssen (ilustrasi). Otoritas di Amerika Serikat telah mengungkapkan bahwa ada peningkatan risiko sindrom Guillain-Barre dalam kurun enam pekan setelah vaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Regulator kesehatan Afrika Selatan mengumumkan kasus kematian seorang warga yang memiliki hubungan kausal dengan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J). Ini merupakan kasus kematian pertama yang memiliki hubungan secara langsung dengan vaksin Covid-19 di negara tersebut.

Pasien yang tak diungkapkan namanya tersebut mengidap gangguan neurologis langka bernama sindrom Guillain-Barre, sesaat setelah diberikan vaksin Covid-19 J&J. Tak lama setelahnya, pasien tersebut dirawat dengan menggunakan ventilator lalu meninggal dunia.

Baca Juga

"Tak ada penyebab lain dari sindrom Guillain-Barre (pada pasien) yang bisa diidentifikasi," jelas Profesor Hannelie Meyer, seperti dilansir Reuters, Jumat (5/8/2022).

Dalam sebuah surel, J&J mengungkapkan bahwa sindrom Guillain-Barre bisa disebabkan oleh pemberian berbagai jenis vaksin dan juga obat. Selain itu, J&J juga mengungkapkan bahwa virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, bisa memicu sindrom Guillain-Barre.

Perusahaan tersebut juga menyatakan bahwa mereka sangat mendukung peningkatan kesadaran mengenai tanda dan gejala terkait kondisi langka. Hal tersebut dinilai dapat membantu kondisi tersebut teridentifikasi dengan lebih cepat dan diobati secara efisien.

Juli lalu, otoritas Amerika Serikat telah menambahkan peringatan pada lembar informasi vaksin J&J. Dalam tambahan peringatan tersebut, otoritas Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ada peningkatan risiko sindrom Guillain-Barre dalam kurun enam pekan setelah vaksinasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement