Sabtu 06 Aug 2022 12:30 WIB

Sektor Pertanian Jadi Andalan Pertumbuhan Ekonomi, Ini Kata Mentan SYL

Mengutip data BPS, besaran distribusi dan andil pertanian yang mencapai 12,98 persen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sektor pertanian selama tiga tahun terakhir merupakan bantalan ekonomi yang tumbuh positif disaat sektor lainya mengalami pelambatan. (ilustrasi)
Foto: Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sektor pertanian selama tiga tahun terakhir merupakan bantalan ekonomi yang tumbuh positif disaat sektor lainya mengalami pelambatan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II tahun 2022 tumbuh 5,44 persen. Sektor pertanian menjadi salah satu lapangan usaha yang berkontribusi paling besar bagi pertumbuhan ekonomi.

Mengutip data BPS, besaran distribusi dan andil pertanian yang mencapai 12,98 persen atau tumbuh sebesar 1,37 persen. Pertumbuhan itu tidak terlepas dari pertumbuhan Nilai Tukar Pertani (NTP) yang mencapai 3,20 persen dan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.

Baca Juga

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sektor pertanian selama tiga tahun terakhir merupakan bantalan ekonomi yang tumbuh positif disaat sektor lainya mengalami pelambatan. Menurutnya, hal itu terjadi karena pertanian adalah pilihan pasti dalam memperkuat ekonomi.

"Kita ingat, semua negara mengalami trubulensi yang sama. pandemi merebak ke seluruh dunia. perubahan cuaca atau climate change membuat cuaca berubah. Belum lagi kita menghadapi geopolitik perang Rusia dan Ukraina. Namun pertanian Indonesia selalu hadir dan menjadi bantalan ekonomi," kata Syahrul.

Lebih lanjut, ia mengatakan, Indonesia juga termasuk negara yang dinilai sangat kecil mengalami kemungkinanya resesi karena angkanya hanya 3 persen berdasarkan data BPS. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Srilangka yang berpeluang resesi sebesar 85 persen atau selandia Baru 33 persen.

"Saya melihat inflasi di sejumlah negara terus mengalami kenaikan. Di Uni Eropa mencapai 9,6 persen, Amerika 9,1 persen, Inggris, 8,2 persen, Korea 6,1 persen. Tapi di Indonesia, Alhamdulillah masih terjaga di angka 4,4 persen," katanya.

Syahrul pun menyebut salah satu faktornya adalah konsistensi kita dalam menyediakan pangan yang cukup. Sebagai catatan, produksi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan di tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton.

Di sisi lain, ekspor pertanian dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan yang diikuti kenaikan NTP maupun NTUP. Ia mengatakan, sektor pertanian merupakan aspek penting dalam menunjang kehidupan manusia, karena di Indonesia 270 juta jiwa yang membutuhkan makanan setiap harinya, dan Pertanian adalah penjaga dari semua pintunya ekonomi Indonesia.

"Kita terus dorong penguatan sektor pertanian karena pangan tidak boleh berhenti. arahan Bapak Presiden meminta penguatan produksi pangan nasional, dan itu kita terus lakukan,” tegasnya.

Sebelumnya Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, di tengah inflasi global dan ancaman resesi, ekonomi Indonesia tumbuh impresif sebesar 5,44 persen pada kuartal II-2022 yang menandakan tren pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat

"Kalau dibandingkan kuartal II-2022.Tren pertumbuhan ekonomi tahunan meningkat secara konsisten. Kalau kita lihat polanya dari kuartal III-2021 hingga kuartal II-2022 terus mengalami pertumbuhan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement