Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muthiah Alhasany

Menyebar Bibit Minat Baca di Pelosok Desa

Eduaksi | Monday, 08 Aug 2022, 06:13 WIB
Sebagian buku-buku yang saya kirim (dok.Melly)
Sebagian buku-buku yang saya kirim (dok.Melly)

Pada suatu hari di bulan Ramadan lalu, saya menerima pesan melalui Instagram. Pesan itu berasal dari seorang teman yang berprofesi sebagai guru di desa pelosok Sukabumi. Pertemanan dengan dia ini agak unik, karena kami belum pernah bertemu secara fisik. Saya justru mengenal ayahnya yang merupakan senior di organisasi, sedangkan saya berkenalan dengan dia dari Facebook. Saya memanggilnya Melly.

Perpustakaan desa (dok.perpustakaan Pajampangan)
Perpustakaan desa (dok.perpustakaan Pajampangan)

Isi pesannya, Melly meminta saya menyumbangkan buku-buku untuk anak-anak di desa tempat dia mengajar. Melly sedang mendirikan perpustakaan desa dan perpustakaan keliling bersama beberapa relawan yang peduli literasi. Tujuannya adalah membangun minat baca anak-anak agar menyukai buku-buku. Ini penting agar kita memiliki generasi muda yang cerdas. Saya tidak segera mengiyakan permohonannya, tetapi memutar otak mencari cara yang terbaik.

Sebagai seorang penulis, jelas saya sangat mendukung gerakan untuk menumbuhkan minat baca anak-anak. Di Indonesia ada beberapa kendala yang dihadapi dalam meningkatkan budaya literasi. Terutama mengingat bahwa banyak wilayah yang belum terjangkau oleh berbagai fasilitas sosial sebagaimana di kota besar. Kondisi geografis pedesaan umumnya berada di wilayah minim akses, seperti di pegunungan atau di balik hutan.

Begitulah yang dialami oleh Melly yang mendapat tugas di pelosok desa. Hasrat untuk mencerdaskan bangsa terhalang oleh sulitnya akses menuju ke sana. Tak heran jika perpustakaan desa kekurangan buku-buku, padahal buku-buku adalah unsur penting dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Jika tidak ada yang peduli, berarti kita membiarkan kesenjangan yang terjadi pada anak-anak desa dengan anak-anak kota.

Berburu buku bekas di Blok M

Lantas, apa yang saya lakukan untuk mendukung Melly? Bukan sesuatu yang drastis dan spektakuler. Tapi yang jelas saya akan mengupayakan tersedianya buku-buku yang dibutuhkan anak-anak di desa tempat dia mengajar. Dengan demikian saya menyebar bibit minat baca di pelosok desa.

Kebetulan saya mempunyai beberapa sahabat yang selalu bergerak di bidang literasi. Nah kali ini saya menghubungi sahabat yang gemar membaca dan memiliki koleksi buku yang lumayan banyaknya. Saya menceritakan persoalan anak-anak di pelosok desa Sukabumi yang kekurangan buku-buku. Dia sepakat untuk mendukung gerakan menumbuhkan minat baca dengan mendirikan perpustakaan desa dan perpustakaan keliling.

Setelah lebaran Idul Fitri kami ke Blok M. Kenapa ke sana? Karena ada lapak buku-buku bekas di lantai dasar Blok M Square. Kami akan berburu buku-buku bekas yang masih bagus. Jadi dengan budget yang tidak terlalu besar, kami bisa mendapatkan seabrek buku-buku. Kamu memilih buku-buku yang sekiranya disukai anak-anak, yang mendidik dan berisi ilmu pengetahuan.

Sesuai rencana, kami menyusuri lantai dasar mal tersebut. Kami menemukan pedagang buku yang menyediakan berbagai buku dengan harga yang bisa dinegosiasikan. Cukup lama memilah dan memilih buku, akhirnya mendapatkan apa yang dicari. Suatu misi yang melelahkan, apalagi menenteng buku-buku yang begitu berat.

Pengiriman buku

Tugas mengirimkan buku jatuh pada saya, karena sahabat tersebut harus bekerja di kantor. Maklum saya hanya seorang freelancer, lebih leluasa mengatur waktu. Kardus telah saya siapkan, menyesuaikan dengan jumlah buku yang akan dikirimkan. Alamat yang dituju adalah sekolah tempat Melly mengajar.

Saya baru memberitahu Melly setelah barang-barang dikirimkan. Ia gembira sekali mendapat respon positif dari saya dan sahabat. Ketika kiriman diterima, Melly kaget karena jumlahnya yang cukup banyak. Buku-buku tersebut langsung disalurkan untuk perpustakaan desa dan perpustakaan keliling.

Dukungan saya dan sahabat menambah semangat Melly dan para relawan untuk terus menyebarkan bibit minat baca di pelosok desa. Kabar terakhir, mereka membuka lapak baca di hari Minggu dan hari libur, bertempat di emperan toko dekat pasar agar dilihat banyak orang. Lapak itu selalu dikerumuni anak-anak yang gemar membaca.

Lapak baca di emperan toko (dok.perpustakaan Pajampangan)
Lapak baca di emperan toko (dok.perpustakaan Pajampangan)

Untunglah komunikasi antara saya dan Melly selalu lancar berkat adanya IndiHome dari Telkom Group. Kami membutuhkan internet cepat untuk berinteraksi dan mendukung gerakan menumbuhkan minat baca pada generasi muda. Sekolah-sekolah di pedesaan idealnya menggunakan sarana internet cepat dari IndiHome agar program mencerdaskan bangsa bisa terus berjalan.

Di waktu mendatang saya berharap perpustakaan desa dan perpustakaan keliling memiliki fasilitas komputer yang menggunakan jaringan internet cepat dari IndiHome. Dengan demikian akan lebih banyak manfaat yang didapatkan, terutama di bidang literasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image