Senin 08 Aug 2022 16:09 WIB

Ekonomi di Lampung Tumbuh Positif, Sektor Pertanian Jadi Penyanggahnya

Dengan demikian ekonomi Lampung tahun 2021 tumbuh sebesar 2,79 persen

Red: Gita Amanda
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengoprasikan mesin pemotong padi saat panen raya di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, Lampung,(ilustrasi). Di Lampung, sektor pertanian mampu menjaga laju ekonomi sebesar 9,12 persen (QtoQ) dan 5,22 persen (YoY).
Foto: Antara/Ardiansyah
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengoprasikan mesin pemotong padi saat panen raya di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, Lampung,(ilustrasi). Di Lampung, sektor pertanian mampu menjaga laju ekonomi sebesar 9,12 persen (QtoQ) dan 5,22 persen (YoY).

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi, merespons positif tingginya angka produksi pertanian Indonesia selama beberapa tahun terkahir. Di Lampung, kata Arinal, sektor pertanian mampu menjaga laju ekonomi sebesar 9,12 persen (QtoQ) dan 5,22 persen (YoY). Dengan demikian, kata dia, ekonomi Lampung tahun 2021 tumbuh sebesar 2,79 persen atau naik 1,67 persen apabila dibandingkan tahun 2020 lalu.

Arinal menggambarkan, struktur ekonomi Lampung sejauh ini memang didominasi Sektor Pertanian seperti industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran. Adapun rata-rata pengeluaran per kapita Lampung meningkat sebesar Rp 1.030.579 dan NTP Provinsi Lampung tahun 2021 naik 101,23 persen.

Baca Juga

"Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung tahun 2021 meningkat sebesar 69,9 poin dibandingkan IPM Tahun 2020," tegasnya.

Sementara itu, laju Inflasi gabungan yang dihitung Tahun 2021 tercatat dalam kondisi stabil di angka 2,19 persen. Sedangkan angka kemiskinan mengalami penurunan yang cukup signifikan, dimana dari 12,62 persen per Maret 2021 menjadi 11,57 persen per September 2021 atau berada di bawah rata-rata nasional yang sebesar hanya 9,71 persen.

"Tahun 2020 tingkat kemiskinan Provinsi Lampung menempati peringkat 12 Nasional, dan tahun 2021 Provinsi Lampung mengalami pengurangan angka kemiskinan lebih baik menjadi peringkat 14 Nasional," katanya.

Guru Besar Universitas Lampung yang juga Dewan Penasehat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Prof. Bustanul Arifin mengapresiasi tingginya produksi pertanian di Provinsi Lampung. Menurutnya, musim panen raya di kuartal II menjadi salah satu faktor mengapa pertanian tumbuh tinggi.

"Faktor musim panen raya pada Q2 ikut mendongkrak peningkatan produksi pertanian di Provinsi Lampung," ujarnya, dalam siaran pers.

Bustanul mengatakan, ke depan konsep kemandirian pangan harus dilakukan secara maksimal dan lebih komprehensif. Apalagi, Provinsi Lampung memiliki potensi pertanian yang cukup besar, dimana Rata-rata produksinya mampu menyokong perekonomian nasional.

"Perekonomian Lampung pada Q2-2022 tumbuh 5,22 persen (yoy) yang didorong  sektor perdagangan 14,55 persen, industri manufaktur 8,43 persen dan pertanian 2,49 persen," katanya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II tahun 2022 tumbuh 5,44 persen. Hal paling menarik, tiga sektor yang berkontribusi tertinggi, salah satunya pertanian. Ini terlihat dari besaran distribusi dan andil pertanian yang mencapai 12,98 persen atau tumbuh meyakinkan sebesar 1,37 persen. Tercatat faktor tumbuhnya Nilai Tukar Pertani (NTP) yang mencapai 3,20 persen berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebelumnya mengatakan, dirinya meyakini kontribusi sektor pertanian selama ini sangatlah besar terhadap pembangunan ekonomi di daerah. Apalagi pertanian juga terbukti merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

"Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia sekaligus daerah-daerah yang berada di dalamnya. Sehingga sangat penting bagi pemimpin daerah untuk menjalankan kebijakan dan program yang fokus pada sektor pertanian," katanya.

Komitmen daerah untuk fokus pada sektor pertanian memang sangat dibutuhkan. Apalagi saat ini sedang dihadapkan pada berbagai permasalahan, seperti pandemi yang merebak ke seluruh dunia, perubahan cuaca yang berdampak pada produktivitas pertanian, maupun geopolitik perang Rusia dan Ukraina.

"Untuk dibutuhkan akselerasi di tingkat daerah untuk mendongkrak produktivitas pangan sehingga setidaknya kebutuhan pangan bisa terpenuhi. Tentunya dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah daerah untuk menjalankan kebijakan dan program yang fokus terhadap sektor pertanian," tegas SYL.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement