Senin 08 Aug 2022 18:38 WIB

Menlu Korsel ke China Pastikan tak Ada Salah Paham Usai Kunjungan Nancy Pelosi

Menlu Korsel ke China untuk merespons ketegangan antara China dan Taiwan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Bendera Cina dan Korea Selatan (ilustrasi). Menlu Korsel ke China untuk merespons ketegangan antara China dan Taiwan.
Bendera Cina dan Korea Selatan (ilustrasi). Menlu Korsel ke China untuk merespons ketegangan antara China dan Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Menteri Luar Negeri (Menlu) Korea Selatan (Korsel) Park Jin mengunjungi China pada Senin (8/8/2022). Kunjungan ini dilakukan dalam upaya meyakinkan hubungan dengan Beijing meski hubungan dengan Amerika Serikat (AS) lebih kuat dan atas ketegangan Taiwan.

"Park dijadwalkan berkunjung selama tiga hari di kota pelabuhan timur Qingdao dan akan melakukan pembicaraan dengan Menlu China Wang Yi," kata Kementerian Luar Negeri Korsel.

Baca Juga

Park Jin adalah pejabat tingkat tinggi pertama yang melakukan perjalanan ke China sejak Yoon menjabat pada Mei. Kunjungan Park menorehkan jalan di antara garis tipis antara aliansi dengan AS dan China. Keduanya adalah mitra dagang utama Korsel di tengah persaingan yang semakin ketat.

Perjalanan pertama Park dilakukan setelah Beijing menyatakan kemarahannya atas kunjungan Ketua House AS Nancy Pelosi ke Taiwan pekan lalu. China dengan teguh mengeklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai miliknya.

Sementara Yoon menghadapi kritik dari anggota parlemen karena tidak bertemu dengan Pelosi saat ketua House ke Seoul. Yoon dikabarkan tengah berlibur dan hanya melalui telepon berkontak dengan Pelosi. Kantor Yoon mengatakan bahwa keputusan itu dibuat dengan mempertimbangkan kepentingan nasional dan tidak ada tekanan dari Beijing.

Park mengatakan perjalanannya ke China menjadi kesempatan untuk mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan kerja sama di berbagai bidang termasuk perdagangan, kesehatan, dan lingkungan. "Dengan secara aktif mempromosikan komunikasi strategis tingkat tinggi, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih baik satu sama lain, mengurangi kesalahpahaman yang tidak perlu dan memperluas kepentingan bersama," kata Park pada konferensi pers.

Ketika bertemu Wang di G20, ia mengatakan Korsel memperkuat aliansi AS dan partisipasi dalam forum ekonomi yang didukung AS untuk Asia. Namun Park mengatakan, ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan atau mengesampingkan hubungan China. Hal ini menurut Beijing dirancang untuk memisahkan negara-negara dari ekonomi negaranya.

Kedua belah pihak juga menghadapi potensi gejolak atas sistem pertahanan rudal THAAD AS yang ditempatkan di Korsel. Kemudian kemungkinan partisipasi Seoul dalam aliansi chip yang dipimpin AS yang melibatkan Taiwan dan Jepang, yang ditentang China juga menjadi salah satu potensi gejolak hubungan Korsel dan China.

Yoon bersumpah untuk membeli dan menggunakan baterai THAAD lain, dan mengabaikan janji pendahulunya pada 2017 ke China tentang apa yang disebut Three Nos. Three Nos memuat komitmen tidak ada penyebaran THAAD tambahan, tidak ada partisipasi dalam perisai rudal global yang dipimpin AS, dan tidak ada pembuatan aliansi militer trilateral yang melibatkan Jepang.

China berpendapat sistem radar yang kuat dapat mengintip ke wilayah udaranya. Hubungan kedua negara mengalami kemunduran setelah China secara tajam memotong perdagangan dan impor budaya. Kementerian luar negeri Beijing telah meminta Seoul untuk menepati janji itu, tetapi Park mengatakan dalam pertanyaan parlemen belum lama ini bahwa bahwa Three Nos bukanlah janji atau kesepakatan resmi.

Kantor berita Yonhap melaporkan pada Senin bahwa Korsel telah memutuskan untuk menghadiri pertemuan pendahuluan untuk pakta chip, yang dijuluki Chip 4. Keterangan ini mengutip seorang pejabat senior presiden yang tidak disebutkan namanya. Yoon mengatakan pemerintahnya masih menyelidiki masalah ini berdasarkan kepentingan nasional dan kementerian luar negeri mengatakan belum ada keputusan yang dibuat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement