Selasa 09 Aug 2022 06:33 WIB

China: Latihan Militer di Selat Taiwan Sesuai Hukum Internasional

Latihan militer di sekitar Selat Taiwan dinilai tindakan terbuka, adil, profesional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Kapal bergerak melalui Selat Taiwan seperti yang terlihat dari tempat pemandangan 68 mil laut, titik terdekat di daratan Cina ke pulau Taiwan, di Pingtan di Provinsi Fujian Cina tenggara, Jumat, 5 Agustus 2022. Cina melakukan
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Kapal bergerak melalui Selat Taiwan seperti yang terlihat dari tempat pemandangan 68 mil laut, titik terdekat di daratan Cina ke pulau Taiwan, di Pingtan di Provinsi Fujian Cina tenggara, Jumat, 5 Agustus 2022. Cina melakukan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – China mengatakan, latihan militer yang digelar di sekitar Selat Taiwan sejalan dengan undang-undang nasional mereka dan hukum internasional. Menurut Beijing, hal itu karena Taiwan merupakan bagian dari negara mereka.

“Taiwan adalah wilayah China. Latihan reguler China di perairan dan wilayah udaranya adalah tindakan terbuka, adil, profesional. Badan-badan China terkait merilis pemberitahuan tentang hal ini pada waktunya. Ini sejalan dengan undang-undang nasional dan hukum internasional, serta dengan praktik yang ada,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Wang Wenbin dalam pengarahan pers, Senin (8/8/2022), dikutip laman resmi Kemenlu China.

Baca Juga

Pada Senin lalu, Tentara Pembebasan Rakyat China telah mengumumkan akan melanjutkan latihan militer di sekitar Selat Taiwan. Latihan mendatang akan melibatkan simulasi anti-kapal selam. Namun durasi dan lokasi latihan belum diumumkan.

Pada Ahad (7/8/2022), Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan, pihaknya tidak akan menyerah dan tunduk pada tekanan China. Hal itu disampaikan setelah Negeri Tirai Bambu menggelar latihan militer terbesar di Selat Taiwan selama empat hari berturut-turut dan berakhir pada Ahad lalu.

Dia mengatakan, China telah secara brutal menggunakan tindakan militer untuk mengganggu perdamaian dan stabilitas regional. “Kami tidak akan pernah tunduk pada tekanan. Kami menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi, serta percaya bahwa warga Taiwan tidak menyetujui tindakan intimidasi China dengan kekerasan dan gemerincing pedang di depan pintu kami," ucapnya, dilaporkan Bloomberg.

Kementerian Pertahanan Taiwan menilai, latihan militer China mensimulasikan serangan ke pulau utama mereka. Mereka mengungkapkan, dalam latihan pada Ahad lalu, Tentara Pembebasan Rakyat China meluncurkan sekitar 66 serangan tiba-tiba. Sebanyak 22 di antara melintasi Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan yang berada di wilayah barat daya.

Sekitar 14 kapal perang China pun terdeteksi di sekitar Selat Taiwan. Beijing turut mengerahkan pesawat nirawak (drone) yang mendekati perairan terbatas di daerah Kinmen. Namun drone tersebut berhasil diusir menggunakan suar.

Latihan militer China di Selat Taiwan sudah berlangsung sejak Kamis (4/8/2022) pekan lalu. Kegiatan itu digelar setelah Ketua House of Representatives AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan. Ia menjadi pejabat tertinggi AS yang melakukan lawatan ke Taipei dalam 25 tahun. China memprotes keras kunjungan Pelosi ke sana.

China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.

AS, walaupun tak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, mendukung Taipei dalam menghadapi ancaman China. Presiden AS Joe Biden bahkan sempat menyatakan bahwa negaranya siap mengerahkan kekuatan jika China menyerang Taiwan. Isu Taiwan menjadi salah satu faktor yang meruncingkan hubungan Beijing dengan Washington.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement