Selasa 09 Aug 2022 13:33 WIB

Personel Pink Floyd Anggap Presiden Joe Biden Penjahat Perang, Kenapa?

Roger Waters dari Pink Floyd menilai Presiden AS Joe Biden penjahat perang.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Vokalis Pink Floyd, Roger Waters, berorasi saat demonstrasi menentang ekstradisi pendiri Wikileaks Julian Assange di Parliament Square, London, Inggris, 22 Februari 2020. Dalam pernyataan terbarunya, Waters yang terkenal politis menyebut Presiden AS Joe Biden sebagai penjahat perang dalam kaitannya dengan perang Rusia-Ukraina.
Foto: EPA-EFE/VICKIE FLORES
Vokalis Pink Floyd, Roger Waters, berorasi saat demonstrasi menentang ekstradisi pendiri Wikileaks Julian Assange di Parliament Square, London, Inggris, 22 Februari 2020. Dalam pernyataan terbarunya, Waters yang terkenal politis menyebut Presiden AS Joe Biden sebagai penjahat perang dalam kaitannya dengan perang Rusia-Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Personel Pink Floyd, Roger Waters, membela diri setelah dia menyebut Presiden Joe Biden penjahat perang. Rocker yang sangat politis itu tidak menahan diri ketika memperdebatkan keputusannya untuk memasukkan pemimpin AS berusia 79 tahun itu sebagai penjahat perang dalam konser tur "This Is Not a Drill".

Konser dibuka dengan pernyataan tegas, "Jika Anda salah satu dari mereka yang suka Pink Floyd tetapi tidak tahan dengan aktivitas politik Roger, Anda sebaiknya pergi ke bar," kata Waters ketika mengecam Biden karena menyalakan api di Ukraina di tengah invasi berkelanjutan Rusia.

Baca Juga

Waters kemudian mengatakan kepada Michael Smerconish penyiar CNN bahwa Biden telah menyulut api di Ukraina dan itu adalah kejahatan besar. Ia kemudian mempertanyakan mengapa Amerika tidak bertindak sebagai penengah di antara konflik Rusia dan Ukraina.

"Mengapa Amerika Serikat tidak mendorong (Volodymyr) Zelensky untuk bernegosiasi meniadakan kebutuhan akan perang yang mengerikan dan membunuh.. kami tidak tahu berapa banyak orang Rusia," kata penyanyi kelahiran Inggris itu, seperti dilansir AceShowbiz, Selasa (9/8/2022).

Menanggapi Waters, Smerconish kemudian menilai bahwa dia keliru menyalahkan pihak yang diserang. Namun, Waters bersikeras bahwa NATO dan Amerika-lah yang menyulut konflik antara kedua negara tersebut.

"Yah, perang apa pun, kapan itu dimulai? Lihatlah sejarah. Bisa dibilang itu dimulai pada tahun 2008, perang ini pada dasarnya adalah tentang aksi dan reaksi NATO mendorong sampai ke perbatasan Rusia, yang sebelumnya berjanji tidak akan mereka lakukan," kata Waters.

Waters kemudian mengungkapkan bahwa Rusia perlu dibela karena telah melindungi dunia dari ancaman Nazi. "Anda masuk ke Perang Dunia 2 karena Pearl Harbor. Anda benar-benar orang yang sebelumnya mengisolasi diri. Syukurlah Rusia telah memenangkan perang berdarah saat itu. Dua puluh tiga juta orang Rusia tewas, melindungi Anda dan saya dari ancaman Nazi," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement