Selasa 09 Aug 2022 21:56 WIB

Tekan Inflasi, Ridwan Kamil akan Buat Gerakan Urban Farming

Program ini dilakukan untuk mengendalikan sejumlah komoditas yang harganya fluktuatif

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan memulai gerakan Jawa Barat Urban Farming. Untuk menjalankan program ini, sejumlah kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat akan ditanami komoditas yang memiliki harga fluktuatif. Di antaranya, tomat, cabe dan bawang merah
Foto: istimewa
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan memulai gerakan Jawa Barat Urban Farming. Untuk menjalankan program ini, sejumlah kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat akan ditanami komoditas yang memiliki harga fluktuatif. Di antaranya, tomat, cabe dan bawang merah

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan memulai gerakan Jawa Barat Urban Farming. Untuk menjalankan program ini, sejumlah kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat akan ditanami komoditas yang memiliki harga fluktuatif. Di antaranya, tomat, cabe dan bawang merah.

Menurut Ridwan Kamil, mulai 19 Agustus 2022 gedung pemerintahan Provinsi Jabar tersebut di antaranya, Gedung Sate, Gedung Pakuan dan kantor dinas. 

Baca Juga

Program ini dilakukan untuk mengendalikan sejumlah komoditas yang harganya fluktuatif. Upaya ini juga, untuk mengantisipasi guncangan suplai maupun kondisi recovery pandemi Covid-19. 

"Mulai tanggal 19 (Agustus) tanah-tanahnya akan ditanami oleh tanaman pertanian, rumah saya, juga Pakuan, kantor dinas-nya dari kadis-nya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Gedung Sate, Selasa (9/8/2022). 

Emil mengatakan, pertumbuhan ekonomi Jabar di semester ini dinyatakan aman, yaitu di 5,6 persen dan 4,94 persen. Namun mengingat guncangan di era masa kini yang lebih besar membuat pihaknya harus melakukan sejumlah inovasi. 

Jabar Urban Farming sendiri, kata dia, merupakan upaya jangka pendek, di mana pihaknya juga akan menanam sejumlah komuditas tersebut di rumah yang dibeli oleh BUMD Agro Jabar. Emil berharap, Provinsi Jabar dapat mengendalikan kekurangan suplai sejumlah komoditas yang diatur oleh hukum pasar. 

Oleh karena itu, Emil juga mengajak warga Jabar untuk turut serta dalam gerakan Jabar Urban Farming ini. Emil juga memastikan, gerakan kali ini akan berbeda, lantaran setiap hasil panen dapat menjadi sumber pendapatan bagi warga itu sendiri. 

"Seperti kita kelola sampah. Ada yang setor sampah dapat poin, pengambil sampah dapat poin disetor ke pengepul dapat poin. Sirkular ekonomi, nah ini bedanya pangan," katanya.

Menurutnya, dengan terpenuhinya suplai komoditas maka akan mengurangi potensi inflasi. Kalau inflasi tinggi, maka masyarakat akan sukar membeli barang dengan harga murah sehingga pendapatan tergerus dan kesejahteraan pun menurun. 

"Nah sekarang bikin konsep, sekarang ada yang ambil dan bayarnya. Itu yang gak ada di gerakan urban farming dulu. Mayoritas dianggap mengkonsumsi, tapi ada kelompok yang gak mau. Saya motivasi supaya mau tapi dibeli. Aplikasi seperti octupus, food suplai," paparnya. 

Selain gerakan urban farming, kata Emil, untuk jangka panjang pihaknya akan meningkatkan kerja sama antar daerah secara konkrit. Persoalan yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Jabar harus mengocek dana lebih tinggi untuk mendapatkan beberapa komoditas yang sebenarnya berasal dari Jabar sendiri.

Hal tersebut, kata dia, seperti yang terjadi pada komoditas telur dari Sukabumi yang dibeli oleh perusahaan di DKI Jakarta lalu kembali dijual untuk masyarakat Bogor.  "Orang Bogor beli lebih mahal nah kita akan petakan sehingga nanti Bogor MOU dengan asosiasi di Sukabumi, gak usah lewat Jakarta dulu langsung Sukabumi ke Bogor pasti harga lebih murah," katanya.

Sementara menurut Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar, Bambang Pramono, urban farming ini kalau berjalan bisa ikut menekan inflasi. Karena, permintaan datang dari bermacam-macam dari rumah tangga, hotel restoran cafe dan industri. 

"Nah nanti yang permintaan rumah tangga ini dengan urban farming lumayan kalau nanti semua pekarangan dipakai maka permintaan dari rumah tangga kan berkurang. Itu tujuannya supaya kebutuhan rumah tangga terpenuhi ada urban farming yg diusulkan gubernur luar biasa," paparnya.

Saat ditanya apakah program urban  farming bisa menekan inflasi, Bambang mengatakan, program ini pasti bisa mengurangi permintaan dari sisi rumah tangga. 

"Makanya 3 komoditas yang dipilih untuk di tanam di urban farming karena ada banyak faktor, salah satunya penyumbang inflasi," katanya.

Selama ini, kata Bambang, stok tiga komoditas tersebut ada. Tapi, di bawa dulu dari Jabar ke Jakarta sehingga harganya tinggi. Hal ini terjadi, karena ada pedagang besar yang melakukan ijon. "Dari Jakarta di bawa kesini harganya nanti naik. Makanya gubernur ingin diatur. Yang mengatur komoditas nanti bisa bulog, Argo Jabar atau asosiasi. Secara neraca pangan harusnya kebutuhan dan permintaan cukup. Dari tiga komoditas itu," paparnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement