Rabu 10 Aug 2022 06:05 WIB

Wahai Wanita, Hindari Mengoleksi Pakaian Jika Tak Ada Kebutuhan

Di antara perbuatan yang termasukisraf(berlebih-lebihan) adalah mengoleksi pakaian tanpa adanya kebutuhan mendesak.

Rep: Redaksi Tadabbur/ Red: Partner
.
Foto: network /Redaksi Tadabbur
.

Ilustrasi wanita dan koleksinya (foto: al-Arabiya.com)

Islam sangat melarang sesuatu yang berlebihan dalam bentuk apa pun. Islam mengatur segala hal sesuai porsinya, mulai dari makanan, pakaian, hingga pekerjaan.

Di antara kita, para wanita, mungkin ada yang hobi berbelanja, terutama membeli pakaian. Model pakaian yang semakin beragam membuat kita senang mengoleksinya.

Namun, pernahkah kita berpikir, seberapa banyak kita membeli baju dalam satu pekan atau satu bulan? Untuk apa baju-baju tersebut kita beli? Apakah semua digunakan untuk beribadah kepada Allah? Atau, hanya sebatas pajangan di lemari saja?

Terkadang kita juga usil terhadap orang lain dengan mengatakan, "Pakai baju kok itu-itu aja?" Padahal mereka bukan tidak mampu membeli pakaian yang banyak dengan berbagai model dan warna, tetapi mereka takut akan hisab dari Allah Ta'ala.

Coba kita cek di lemari kita dan renungkan apa yang akan kita katakan di hadapan Allah Ta'ala kelak jika pakaian yang kita miliki tak pernah membawa manfaat, bahkan hanya menjadi pemberat timbangan keburukan saja.

BACA JUGA: Tak Ada Kata Terlambat Untuk Bertaubat

Syaikh al-Utsaimin Rahimahullah berkata, "Di antara perbuatan yang termasuk israf (berlebih-lebihan) adalah mengoleksi pakaian tanpa adanya kebutuhan mendesak. Kebanyakan wanita di zaman ini, saat muncul model pakaian baru, mereka bergegas membelinya, sampai rumahnya penuh dengan berbagai jenis pakaian tanpa adanya kebutuhan," (Syarah Kitab Riyadhussolihin, Vl 550).

Wahai kaum wanita, kurangilah memperbanyak pakaian. Sebab, satu pakaian saja akan ada hisabnya. Belilah sesuai kebutuhan dan niatkan untuk menjalankan perintah Allah Ta'ala dengan menutup seluruh aurat yang termaktub dalam al-Qur'an.

Semoga Allah Ta'ala melindungi kita semua. ***

Penulis: Nuriah | mahasiswa STID M Natsir, Jakarta

Advertisement