Ahad 14 Aug 2022 20:45 WIB

BUMD Kepri Butuh Pengecer Minyak Goreng di Natuna dan Karimun

PT Pembangunan Kepri mencari mitra pengecer minyak goreng yang mau bekerja sama.

Red: Fuji Pratiwi
Pedagang mengemas minyak curah di lapaknya (ilustrasi). BUMD PT Pembangunan Kepri membutuhkan pengecer minyak goreng curah di pulau-pulau yang berada di Kabupaten Natuna, Karimun dan Lingga.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang mengemas minyak curah di lapaknya (ilustrasi). BUMD PT Pembangunan Kepri membutuhkan pengecer minyak goreng curah di pulau-pulau yang berada di Kabupaten Natuna, Karimun dan Lingga.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- BUMD PT Pembangunan Kepri membutuhkan pengecer minyak goreng curah di pulau-pulau yang berada di Kabupaten Natuna, Karimun dan Lingga.

Direktur PT Pembangunan Kepri Azwardi mengatakan, perusahaan yang dipimpinnya itu baru-baru ini ditetapkan sebagai distributor minyak goreng curah, yang dapat mendistribusikan komoditas itu di seluruh Indonesia. Namun, untuk saat ini, PT Pembangunan Kepri hanya menjalankan bisnis untuk menutupi kebutuhan masyarakat pesisir di Kepri, kecuali Batam.

Baca Juga

Minyak goreng yang dijual perusahaan plat merah kepada pengecer itu berasal dari pabrik di Batam. PT Pembangunan Kepri sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah pengecer di Anambas, Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan. Di Lingga baru satu pengecer yang menjadi konsumen PT Pembangunan Kepri.

"Kalau di Natuna dan Karimun, belum ada. Namun kami ikut dalam pasar murah yang diselenggarakan Pemerintah Natuna. Kalau ada pengecer minyak goreng yang tertarik menjalin kerja sama, dapat menghubungi PT Pembangunan Kepri," katanya.

Menurut dia, pengecer yang paling banyak membeli minyak goreng curah dari PT Pembangunan Kepri berasal dari Bintan.

Harga minyak goreng curah yang dijual kepada pengecer berkisar Rp11.500 - Rp12.000 per liter. Begitu pula dengan minyak goreng curah yang dijual di pasar murah sebesar Rp12.000.

"Kami hanya ambil untung Rp500 - Rp1.000 per liter. Rata-rata dalam sehari minyak goreng yang dijual kepada pengecer seberat 1 ton," ungkapnya.

Azwardi menuturkan Disperindag Kepri dan Komisi II DPRD Kepri memperjuangkan PT Pembangunan Kepri sebagai distributor minyak goreng bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan, melainkan turut menjaga stabilitas harga.

Harga minyak goreng yang tidak stabil belum lama ini menjadi salah satu penyebab terjadi inflasi di Kepri sehingga diharapkan PT Pembangunan Kepri dapat mengintervensi harga minyak goreng melalui pasar murah.

"Orientasi kami bukan bisnis semata, melainkan mengemban tugas untuk membantu pemerintah menjaga stabilitas harga minyak goreng maupun kebutuhan lainnya," ujarnya.

Karena itu, kata dia selain menjadi distributor minyak goreng, PT Pembangunan Kepri juga menjual sembako, sayur-mayur dan bumbu dapur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. PT Pembangunan Kepri membeli hasil pertanian di Bintan dan Tanjungpinang, kemudian menjual kepada masyarakat di pasar murah.

Komoditas kebutuhan yang dijual perusahaan itu di pasar murah mendapat sambutan positif dari masyarakat karena dijual dengan harga yang relatif murah.

"Persoalan kadang-kadang, petani kita tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Contohnya, dalam sehari kami butuh 50 kg cabai merah, namun yang mampu disiapkanhanya 25 kg," katanya.

Produktivitas petani yang minim disebabkan biaya operasional yang besar, salah satunya pupuk. Kondisi lahan di Bintan, misalnya berbeda dengan lahan di Jawa sehingga membutuhkan pupuk lebih banyak.

"Lahan di Bintan kan rata-rata mengandung bauksit sehingga petani membutuhkan lebih banyak pupuk untuk menghasilkan cabai, sayur-mayur yang banyak dan berkualitas," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement