Selasa 16 Aug 2022 07:37 WIB

Resesi Ekonomi: Dari PHK, Gaji Turun, hingga Nikah Batal!

Apa itu resesi ekonomi? Apa hidup kita makin susah atau makin sengsara?

Rep: Jouron/ Red: Partner
Resesi Ekonomi
Resesi Ekonomi

Jika kepala keluarga kena PHK, resesi ekonomi dimulai!
Jika kepala keluarga kena PHK, resesi ekonomi dimulai!

Resesi ekonomi sedang melanda dunia sejak pandemi Covid-19. Kehidupan yang susah karena pembatasan dan masalah kesehatan, ditambah makin runyam dengan adanya resesi ekonomi.

Resesi ekonomi itu tidak hanya menjadi isu negara. Dampak resesi ekonomi pun sampai kepada individu-individu, mulai dari pengusaha sampai tukang servis AC. Dari pemain bola sampai driver ojol. Dari perusahaan besar sampai UMKM.

Jika teman kamu kena PHK, itu belum resesi. Jika tetangga kamu dipotong gajinya, itu belum resesi. Tapi jika kamu yang kena PHK, itu baru resesi. Sesederhana itu.

Secara ilmu ekonomi, resesi ekonomi berarti kemerosotan ekonomi. Resesi ekonomi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang ditandai dengan turunnya pendapatan, anjloknya produksi barang, hingga terjadi PHK besar-besaran.

Jika kegiatan ekonomi --yang biasa disebut sebagai pertumbuhan ekonomi-- turun sampai negatif dalam dua kuartal berturut-turut maka resesi baru terjadi. Jadi, resesi ekonomi itu diindikasikan dari negatifnya pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Misalnya, jika sebuah kegiatan ekonomi turun seminggu, dua minggu, atau cuma sehari, belum bisa dikatakan resesi. Mungkin baru bisa dikatakan sebagai indikator ke arah resesi.

Pertumbuhan ekonomi negatif itu bisa kita lihat dari pedagang gorengan misalnya. Pada bulan-bulan sebelumnya satu pedagang gorengan menghasilkan pendapatan Rp 10 juta per bulan. Namun, selama enam sampai delapan bulan berikutnya, rata-rata pendapatan si pedagang tinggal Rp 3 juta.

Kemudian, pedagang gorengan ini yang tadinya mempunyai lima karyawan, sekarang menyisakan dua karyawan saja. Jika tren ini terjadi pada ribuan pedagang gorengan lainnya, maka ini tanda-tanda pertumbuhan ekonomi pedagangan gorengan se-wilayah itu negatif.

Pertumbuhan ekonomi negatif juga bisa dilihat jelas dari pendapatan atau gaji kita sebagai pegawai. Jika satu pegawai mengalami pemotongan gaji, belum resesi. Tapi jika ada jutaan pegawai di Indonesia mengalami hal yang sama, maka resesi sudah terjadi. Apalagi, jika sampai terjadi PHK.

Indikator resesi lainnya terkait dengan tingkat inflasi tinggi dan suku bunga yang tinggi juga. Kebijakan suku bunga bank tinggi oleh bank sentral bertujuan untuk meredam inflasi, supaya daya beli masyarakat bisa terjaga lagi.

Namun, inflasi rendah atau bahkan sampai negatif alias deflasi juga berisiko besar menyebabkan resesi. Deflasi berarti perusahaan mengurangi produksi barang, penjualan tidak laku, UMKM tidak bisa membayar gaji pegawai, dan pendapatan kita minus.

Resesi berlangsung bulanan dengan tenggat paling lama 18 bulan. Namun, resesi ekonomi memberikan dampak buruk terhadap ekonomi sebuah negara, bahkan bisa sampai menimbulkan depresi ekonomi.

Penyebab Resesi

Ada tiga penyebab atau faktor munculnya resesi ekonomi.


Pertama, ekspansi ekonomi yang kuat dan melewati siklus.

Setiap negara jelas ingin memacu pertumbuhan ekonomi mereka dengan stabil. Namun, dalam praktiknya, ekonomi mereka melewati siklus, menikmati periode ekspansi yang berlebihan yang akhirnya berakhir dan diikuti oleh kontraksi ekonomi, atau dikenal sebagai resesi.

Dalam ekonomi kita mengenal siklus ekonomi atau siklus bisnis. Pada setiap ekspansi kegiatan ekonomi akan berujung pada siklus perlambatan atau penurunan ekonomi yang bisa menyebabkan stagflasi, resesi, krisis, bahkan depresi ekonomi.

Krisis perumahan di Amerika pada 2008 salah satuya karena ekspansi besar-besaran sektor kredit perumahan. Yang terjadi kemudian besar pasak daripada tiang. Mereka yang hanya punya kemampuan beli satu rumah, namun karena booming ekonomi, mereka kredit 2-4 rumah.

Pada sisi lain terjadi kenaikan harga barang kebutuhan pokok, yang berujung pada naiknya inflasi. The Fed pun menaikkan suku bunga yang membebani pemegang kredit perumahan ini, yang akhirnya tak sanggup membayar pinjaman rumah mereka.

Era ekonomi berubah: dari ekspansif menjadi defensif. Dari booming menjadi blowing. Krisis pun bergerak ke negara-negara lain yang sistem keuangan globalnya saling tersambung. Dunia memasuki resesi ekonomi yang diikuti krisis dan depresi.

Kedua, resesi umumnya dipicu guncangan keras ekonomi.

Hal ini mencakup lonjakan harga barang, kenaikan suku bunga yang tajam, atau gelembung keuangan seperti gelembung harga real estat yang runtuh dan memulai Resesi Hebat, yang dimulai pada Desember 2007 dan berlangsung selama 18 bulan.

Ketiga, resesi muncul karena force majeur atau peristiwa tak terduga.

Sebut saja Pandemi COVID-19 yang menyebabkan penutupan sebagian besar kegiatan ekonomi. Sebagian besar negara-negara di dunia mencatat resesi pada saat pandemi, termasuk Indonesia.

Keempat, resesi bisa muncul karena beban utang yang besar namun tidak punya kemampuan untuk membayar.

Utang menjadi isu sentral negara-negara di dunia. Sejumlah negara menyatakan bangkrut karena beban utangnya yang besar. Besar pasak daripada tiang.

Utang luar negeri yang tinggi memberikan risiko serius pada risiko inflasi, risiko selisih kurs, hingga risiko gagal bayar. Jelas, utang luar negeri bisa memberikan dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik dan benar.

Dampak Resesi Ekonomi

Setidaknya ada enam dampak resesi ekonomi yang menyentuh kepentingan negara hingga individu rakyat.


Pertama, PHK terjadi di mana-mana.

Pendapatan turun bahkan minus membuat perusahaan harus merumahkan karyawan. Bahkan, banyak yang langsung mem-PHK.

Kedua, daya beli turun.

Kemampuan daya beli masyarakat turun seiring tingginya harga barang dan turunnya pendapatan mereka.

Ketiga, jumlah orang miskin bertambah.

Resesi menyebabkan kelompok menengah bawah turun ke wilayah garis kemiskinan. Mereka yang miskin bertambah miskin.

Keempat, investasi turun.

Era resesi adalah era di mana kegiatan ekonomi turun, investasi turun.

Kelima, beban utang pemerintah dan swasta naik.

Keenam, defisit anggaran belanja negara naik.

Dampak resesi ekonomi memang terasa sampai ke masyarakat terbawah. Mereka yang ingin beli rumah subsidi akhirnya gagal. Mereka yang ingin beli sepeda motor, mengurungkan niatnya.

Malah, banyak sepeda motor yang ditarik oleh perusahaan leasing karena mereka tidak mampu lagi membayar cicilan kreditnya.

Krisis juga memberikan pengaruh atas tingkat perceraian. Ekonomi rapuh membuat rumah tangga juga rapuh. Ada juga mereka yang ingin menikah terpaksa mengurungkan niatnya karena kesulitan ekonomi.

Semoga, Indonesia tidak terkena badai resesi!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement