Rabu 17 Aug 2022 06:16 WIB

Stagflasi Ancam Indonesia: Ini 5 Tanda-Tandanya, No 5 Bikin Mumet!

Ada 5 risiko stagflasi menghantam Indonesia saat ini.

Rep: Jouron/ Red: Partner
Stagflasi
Stagflasi

Stagflasi dan Inflasi
Stagflasi dan Inflasi

Stagflasi menjadi isu penting ekonomi di banyak negara saat ini. Beberapa negara sudah mengalami indikasi masuk ke jurang stagflasi seperti Amerika Serikat (AS).

Stagflasi ini kondisi ekonomi sebuah negara yang ditandainya adanya penurunan atau perlambatan pertumbuhan ekonomi namun tingkat inflasinya tinggi.

Mengapa stagflasi menjadi perhatian para pemimpin bangsa termasuk Presiden Joko Widodo? Tentu tidak mengherankan karena dampak dari stagflasi ini cukup berat bagi ekonomi seperti pengangguran tinggi, daya beli rendah, hingga bisa mengarah pada resesi.

Amerika mencatat ekonomi negatif selama dua kuartal pada 2022 ini, namun tingkat inflasinya tinggi. Biasanya, ketika ekonomi melambat, inflasi ikut melambat. Namun kondisi stagflasi memang anomali.

Apakah risiko stagflasi bakal menghantam Indonesia? Bank Indonesia (BI) menyebut empat indikator risiko stagflasi di Indonesia yang harus diwaspadai. Mereka adalah:

Pertama, kasus covid-19 yang sebelumnya sudah melandai, saat ini kembali naik dengan kemunculan varian baru.

Penyebaran covid yang masih terjadi ini memberikan dampak pada aktivitas ekonomi baik dalam sebuah negara maupun lintas negara. Pasokan global masih terhambat, pemulihan ekonomi negara-negara terus berjalan.

Kedua, ketegangan politik antara Rusia-Ukraina yang berlangsung dalam waktu lama. Perang yang tak kunjung usai antar kedua negara ini di luar perkiraan banyak negara.

Pandemi dan perang Rusia-Ukraina memberikan efek besar bagi perdagangan internasional, rantai pasokan global, dan industri keuangan internasional.

Ketiga, proteksionisme yang dilakukan banyak negara untuk mengamankan pasokan masing-masing, terutama pangan yang mengakibatkan kenaikan harga di luar kendali.

Proteksionisme memang gejala yang selalu muncul ketika ekonomi sedang turun. Ini terjadi pada saat krisis, depresi, atau bahkan kala pandemi menyerang.

Keempat, gangguan rantai pasok yang juga menambah tekanan ke harga pangan dunia. Kondisi ini meningkatkan inflasi yang mencapai titik tertinggi bagi banyak negara.

Indonesia menghadapi masalah pangan jika impor gandum dan pupuk terhambat dari Rusia dan Ukraina.

Nah, ada satu risiko stagflasi lagi yang sangat serius yang langsung menghantam dompet seluruh rakyat Indonesia.....


Ada satu risiko lagi yang cukup serius terkait stagflas ini: kenaikan harga minyak dan komoditas global. Buat Indonesia, kenaikan ini memberikan nilai plus minus.

Pada satu sisi, kenaikan harga komoditas menambah devisa karena Indonesia eksportir komoditas. Namun, di sisi lain, kenaikan harga minyak membebani APBN karena sejumlah BBM masih disubsidi harganya.

Persoalan BBM ini pun jadi ribet. Jika tidak naikkan harganya, beban subsidi membengkak bisa mencapai Rp 600 triliun pada 2022 ini dari pagu awal hanya Rp 160-an triliun.

TAPI, jika harga BBM subsidi dinaikkan maka inflasi akan meningkat tajam, menembus angka 6-7 persen. Saat ini inflasi per Juli tahun ke tahun sudah mencapai 4,94 persen.

Mari kita tunggu aksi pemerintah selanjutnya agar stagflasi tidak terjadi di Indonesia....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement