Kamis 18 Aug 2022 01:51 WIB

Puluhan Eks Napiter Gelar Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-77 di Tasikmalaya

Para eks napiter berinisiatif untuk menggelar upacara peringatan kemerdekaan RI ke-77

Rep: bayu adji p/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah eks napiter mengikuti lomba untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, di halaman Pesantren Halamatul Quran, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (17/8/2022).
Foto: Republika/Bayu Adji
Sejumlah eks napiter mengikuti lomba untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, di halaman Pesantren Halamatul Quran, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (17/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan eks narapidana kasus terorisme (napiter) menjalani upacara peringatan 77 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, di halaman Pesantren Halamatul Quran, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (17/8/2022). Upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia itu dilakukan sebagai bukti bahwa mereka telah kembali kepada paham Pancasila.

Direktur Identifikasi dan Sosial, Densus 88 Antiteror, Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi Arif Makhfudiharto, mengatakan, kegiatan upacara peringatan kemerdekaan itu dilakukan atas inisiatif para eks napiter. Pihaknya hanya mengakomodir keinginan tersebut. Menurut dia, keinginan merupakan bukti bahwa para eks napiter telah kembali memeluk paham Pancasila. "Jadi mereka sudah sudah secara sadar menyatakan cinta kepada NKRI. Mereka juga punya keinginan berkontribusi untuk membangun wilayah masing-masing," kata dia, Rabu.

Baca Juga

Arif mengatakan, kegiatan itu penting untuk dilakukan sebagai ajang internalisasi nilai-nilai Pancasila. Selain itu, upacara itu juga dapat menjadi upaya resosialisasi agar para eks napiter itu dapat berkumpul bersama berbagai masyarakat dari berbagai kalangan.

Ia menyebutkan, semula pihaknya ingin mengundang seluruh eks napiter dari wilayah Jawa Barat (Jabar) untuk mengikuti upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia itu. Namun, karena keterbatasan tempat, hanya sekitar 75 orang eks napiter yang ikut dalam kegiatan itu.

Arif menambahkan, bukan tanpa alasan Pesantren Hamalatul Quran dipilih menjadi tempat pelaksanaan upacara. Ia menjelaskan, tempat itu dipilih lantaran Pesantren Halamatul Quran memiliki sejarah tersendiri."Pengelola pesantren ini dulunya merupakan jaringan JI. Namun, mereka juga punya kesadaran untuk kembali mencintai NKRI. Mangkanya kami gunakan tempat ini," kata dia.

Menurut Arif, kegiatan upacara itu merupakan proyek percontohan yang dilakukan Densus 88 Antiteror. Ke depan, Densus 88 Antiteror akan memafiskan kegiatan itu.

Ia berharap, para eks napiter itu dapat kembali hidup di tengah masyarakat yang beragam dan berbeda pemahaman. Pihaknya juga terus melakukan pendampingan, sehingga para eks napiter tidak terstigma di masyarakat.

"Karena akan berat ketika mereka diberikan stigma oleh masyarakat. Karena itu, kami menjadi penghubung mereka kembali ke masyarakat. Pendampingan akan dilakukan sampai mereka menjadi bagian dan berkontribusi kepada masyarakat," kata dia.

Salah seorang eks napiter, Gilang Taufik (35 tahun), mengaku upacara itu merupakan yang kali pertama dilakukannya setelah puluhan tahun. Selama ini, ia tak pernah melakukan upacara bendera lantaran menganggap kegiatan itu bersifat syirik. "Ini upacara pertama setelah sekian tahun. Mungkin terakhir itu SD melakukan upacara," kata lelaki yang bertindak sebagai pasukan pengibar bendera dalam kegiatan itu.

Namun, baginya pemahaman salah itu hanya tinggal masa lalu. Setelah mendapat bimbingan, ia menafsirkan bahwa upacara adalah sebuah penghormatan kepada Republik Indonesia.

Karena itu, para eks napiter berinisiatif untuk menggelar upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Itu juga dinilai sebagai bukti cinta kepada bangsa ini.

Ia mengaku telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Karena itu, ia bertekad menebus kesalahan. "Kami ingin bergandengan dengan setiap unsur untuk menjaga negeri ini dari paham yang ingin merusak. Ini bentuk cinta kami kepada negeri ini," kata dia.

Ia juga mengajak teman-teman yang dulu pernah jatuh ke dalam pemahaman radikal untuk kembali cinta kepada tanah air. Karena itu merupakan bagian dari syariat. "Jadi jalan dulu yang pernah kami tempuh, jalan kekerasan itu salah," ujar dia.

Berdasarkan pantauan Republika, tak hanya kegiatan upacara yang dilakukan para eks napiter. Setelah melakukan kegiatan upacara, para eks napiter itu ikut memeriahkan semarak peringatan kemerdekaan Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai lomba bersama aparat TNI, Polri, dan warga sekitar. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement