Jumat 19 Aug 2022 01:45 WIB

Singapura Diperkirakan Jadi Negara dengan Miliarder Terbanyak pada 2030

Singapura akan menyalip posisi Australia sebagai negara dengan miliarder terbanyak.

Rep: Febryan A/ Red: Nidia Zuraya
Orang kaya raya (ilustrasi). Laporan terbaru HSBC Holding Plc menyatakan, Singapura akan menyalip posisi Australia sebagai negara dengan jumlah penduduk berharta di atas 250 ribu dolar AS, terbanyak.
Foto: spdi.eu
Orang kaya raya (ilustrasi). Laporan terbaru HSBC Holding Plc menyatakan, Singapura akan menyalip posisi Australia sebagai negara dengan jumlah penduduk berharta di atas 250 ribu dolar AS, terbanyak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank HSBC menyatakan, Singapura akan menyalip posisi Australia sebagai negara dengan jumlah penduduk berharta di atas 250 ribu dolar AS, terbanyak. Hal itu termaktub dalam laporan terbaru HSBC Holding Plc yang dirilis Rabu (17/8/2022). 

Laporan tersebut mengatakan, pada tahun 2021, Australia masih menduduki posisi teratas sebagai negara dengan jumlah miliarder terbanyak di kawasan Asia-Pasifik. Sedangkan Singapura di urutan kedua. 

Baca Juga

Posisi itu akan bergeser pada tahun 2030. Dalam Laporan HSBC yang diolah dengan mengutip berbagai lembaga keuangan dunia itu, Singapura diperkirakan akan naik ke posisi teratas dengan 13,1 persen penduduk berstatus miliarder. Sedangkan Australia bakal turun ke posisi kedua dengan jumlah miliarder sebanyak 12,5 persen dari total penduduk. 

Posisi ketiga akan ditempati Hong Kong dengan komposisi miliarder 11,1 persen dari penduduk. Posisi keempat ada Taiwan dengan komposisi miliarder 10,2 persen. Adapun Indonesia, diperkirakan akan memiliki miliarder sebanyak 0,9 persen dari total penduduk. 

Secara absolut, China diperkirakan akan memiliki sekitar 50 juta orang miliarder pada tahun 2030, dan India enam juta orang. Persentasenya adalah 4 persen orang dewasa di China, dan 1 persen orang dewasa di India. 

Laporan HSBC ini tidak memberikan data perbandingan antara jumlah miliarder di AS dan miliarder di Asia-Pasifik pada 2030. HSBC hanya menyatakan bahwa kekayaan finansial Asia telah melampaui AS sejak krisis ekonomi global tahun 2008. Sejumlah negara di Asia mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. 

“Catatan tentang kekayaan Asia yang tumbuh juga menyoroti sumber daya masyarakat, yang pada akhirnya tersedia untuk mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan,” kata Frederic Neumann, kepala ekonom Asia dan co-kepala penelitian global Asia untuk HSBC, dalam laporan tersebut sebagaimana dikutip Bloomberg. 

Menurut Neumann, kawasan Asia-Pasifik tidak kekurangan modal sama sekali untuk terus tumbuh. Meski pertumbuhannya terjadi secara tidak merata antara satu negara dan negara lain, maupun antara penduduk dalam satu negara.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement