'Perjuangan Membangun Kebersamaan dan Persatuan tak Boleh Berhenti'

Red: Fernan Rahadi

Habib Jafar: Butuh Kerendahan Hati untuk Dakwah
Habib Jafar: Butuh Kerendahan Hati untuk Dakwah | Foto: Dok Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 77 tahun sudah bangsa Indonesia menghirup udara kemerdekaan setelah beratus tahun hidup dalam penjajahan. Kendati demikian, perjuangan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan itu tidak pernah berhenti dengan membangun kebersamaan dan persatuan. Pasalnya, upaya pecah belah masih terus terjadi melalui politik identitas dan politisasi agama.

Dai milenial Habib Husein Ja'far Al Hadar,, menilai pasca 77 tahun kemerdekaan Indonesia dari keterjajahan fisik, tidak semata-mata membuat bangsa ini merdeka dari ancaman intoleransi, khususnya di dunia maya.

"Kemerdekaan melawan intoleransi dan radikalisme itu masih menjadi pekerjaan rumah kita. Karena sampai saat ini, media digital belum merdeka dari intoleransi dan radikalisme," ujar Habib Husein Ja'far Al Hadar di Jakarta akhir pekan lalu.

Ia melanjutkan bahwa berdasarkan riset dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN (PPIM UIN) di Jakarta tahun 2021 lalu menyebutkan konten-konten yang tidak moderat di media digital naik tiga kali lipat dari konten moderat yang hanya menguasai sekitar 20 persen dari keseluruhan konten media digital.

"Konten yang tidak moderat itu menguasai lebih dari 60% perbincangan di media digital. Nah oleh karena itu ini menjadi kerja bersama kita semua, bukan hanya antar bidang,  tapi juga antar gender," tutur pria pemilik kanal YouTube 'Jeda Nulis' ini.

Habib Ja’far memaknai kemerdekaan 77 tahun Indonesia sebagai momen untuk pulih lebih cepat dari segala dorongan nafsu dan egoisme. Juga bangkit dari segala isu sektarian, yang bersifat politik identitas memecah belah kebinekaan.

"Tagline Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat itu sesuatu yang penting untuk mengisi kemerdekaan, agar kita bisa pulih lebih cepat dari segala dorongan-dorongan egoisme yang mengarahkan kepada intoleransi dan radikalisme serta bangkit lebih kuat untuk bangkit dari segala isu-isu yang sifatnya sektarian, yang sifatnya politik identitas," jelas Habib Ja’far.

Ia menilai tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh pihak saat ini adalah bagaimana menerjemahkan nilai Pancasila pada generasi baru. Narasi-narasi baru dibutuhkan, agar generasi tersebut mampu menghayati nilai Pancasila sesuai perspektif dan cara mereka.

"Jadi tidak lagi kemudian soal menghafal Pancasila, tidak lagi soal itu.  Tapi soal bagaimana mereka menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan ragam fenomena yang baru," ungkapnya.

Itu bisa dilakukan dengan cara mendorong percepatan edukasi dan moderasi melalui propaganda persatuan, sebagaimana kemerdekaan bangsa dicapai melalui persatuan. Dirinya menegaskan, persatuan menjadi kunci utama.

"Edukasi dan moderasi untuk menuju persatuan di tengah perbedaan itu menjadi kekuatan utama kita dari dulu. Tanpa keduanya kita itu tidak akan pernah bisa merdeka dari segala tantangan yang ada. Entah korupsi, kemiskinan dan lain sebagainya," kata Habib Ja’far.

 

Terkait


Rayakan Kemerdekaan RI, Salimah Bojonggede Adakan Berbagai Lomba

KJRI Sydney Peringati HUT RI dengan Tambah Layanan Paspor Bagi WNI

Doa Bersama di KRI Semarang, Kiai Cholil: Jadikan Agama Kekuatan Bangun Nasionalisme

Habib Husein Sebut Merdeka dari Radikalisme Masih Jadi Tugas Bersama

Peringati HUT RI ke-77, The 1O1 Hotel Jakarta Gelar Aksi Donor Darah

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark