Selasa 23 Aug 2022 19:15 WIB

Ekspor Komoditas Pertanian Ukraina Turun Sejak Invasi Rusia

Rusia blokir pelabuhan Ukraina sehingga hasil panen tidak bisa diekspor

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di desa Zghurivka, Ukraina, Selasa, 9 Agustus 2022. Ekspor komoditas pertanian utama Ukraina telah turun hampir setengahnya sejak invasi Rusia dimulai pada Februari.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang pemanen mengumpulkan gandum di desa Zghurivka, Ukraina, Selasa, 9 Agustus 2022. Ekspor komoditas pertanian utama Ukraina telah turun hampir setengahnya sejak invasi Rusia dimulai pada Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ekspor komoditas pertanian utama Ukraina telah turun hampir setengahnya sejak invasi Rusia dimulai pada Februari. Rusia memblokir pelabuhan Ukraina sehingga sebagian besar hasil panen tidak bisa diekspor dan tertahan di gudang.

Data Kementerian Pertanian Ukraina menunjukkan, ekspor pertanian antara 24 Februari dan 15 Agustus tahun ini turun menjadi 10 juta ton dari sekitar 19,5 juta pada periode yang sama tahun lalu. Sementara panen gandum pada 2022 di Ukraina diperkirakan turun menjadi sekitar 50 juta ton dari rekor 86 juta ton pada 2021.

Baca Juga

Dari 24 Februari hingga 15 Agustus tahun ini, Ukraina telah mengekspor 3,8 juta ton jagung, 1,4 juta ton biji bunga matahari, hampir 1 juta ton minyak bunga matahari dan sekitar 640.000 ton gandum. Ukraina juga mengekspor barley, kacang kedelai, dan minyak, bunga matahari dan bungkil kedelai.

Pada akhir Juli, tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina dibuka berdasarkan kesepakatan antara Moskow dan Kiev yang ditengahi oleh PBB dan Turki. Meski pelabuhan telah dibuka, ekspor pertanian Ukraina secara signifikan lebih rendah daripada sebelum konflik. Sebelum invasi Rusia, Ukraina mengekspor hingga enam juta ton biji-bijian per bulan.

Pekan lalu Kementerian Pertanian mengatakan, ekspor gandum Ukraina pada musim 2022/2023 hingga 19 Agustus turun 51,6 persen dari tahun sebelumnya. Ekspor biji-bijian untuk musim 2021/2022, yang berakhir pada 30 Juni, naik 8,5 persen menjadi 48,5 juta ton berkat volume pengiriman yang besar sebelum Rusia menyerbu Kiev.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement