Selasa 23 Aug 2022 17:47 WIB

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tetap Tinggi Meski Suku Bunga Naik

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi). Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi masih terus melaju meski suku bunga acuan mengalami kenaikan menjadi 3,75 persen.
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi). Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi masih terus melaju meski suku bunga acuan mengalami kenaikan menjadi 3,75 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi masih terus melaju meski suku bunga acuan mengalami kenaikan pada hari ini, Selasa (23/8/2022). Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi terus berada diatas proyeksi BI.

"Kita perkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III juga bisa lebih tinggi dari yang diperkirakan," katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI.

Baca Juga

Secara historis, pertumbuhan ekonomi kuartal II berada di atas proyeksi BI yang sebesar 5,1 persen yakni 5,44 persen. Perry mengatakan, berbagai indikator menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartal III juga bisa lebih tinggi dari kuartal II.

Hal tersebut dinilai menunjukkan kekuatan permintaan dalam negeri. Ia menegaskan kenaikan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen sudah menakar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan diproyeksi akan terus meningkat.

"Pertumbuhan ekonomi bisa 5,5 persen pada kuartal III, dan secara keseluruhan 2022 akan bias ke atas dari kisaran 4,5- 5,3 persen," katanya.

Perkembangan tersebut menjadi salah satu alasan BI menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) untuk pertama kalinya sejak 18 Februari 2021. Chief Economist Bank Syariah Indonesia, Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan kenaikan BI rate ini diluar ekspektasi pasar.

Meski demikian, langkah ini dinilai dapat dipahami karena tekanan global yang masih meningkat. Banjaran mengatakan ini menjadi respons dari kondisi terkini, salah satunya tren suku bunga tinggi bank-bank sentral, khususnya Amerika Serikat.

"Terutama karena kemungkinan agresivitas The Fed, juga harga komoditas, dan paling penting, rencana terbaru pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM," katanya.

Langkah ahead the curve dan aktif antisipatif ini, tambah Banjaran, menandai perubahan pendekatan BI untuk lebih proaktif dan protektif. Ia memproyeksikan BI masih akan menaikan suku bunga acuan satu kali lagi sambil melihat dampak kenaikan kali ini.

Diharapkan kenaikan suku bunga kali ini dapat menahan bibit-bibit inflasi. Banjaran memperkirakan kenaikan suku bunga acuan lagi pada sekitar Oktober hingga November.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement