Rabu 24 Aug 2022 14:59 WIB

Pemulihan Ekonomi Berlanjut, Sri Mulyani: Angka Kemiskinan dan Pengangguran Turun

Pemulihan ekonomi dorong angka kemiskinan turun satu digit jadi 9,54 persen

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja menjadi fokus pemerintah untuk memulihkan ekonomi.
Foto: Prayogi/Republika
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja menjadi fokus pemerintah untuk memulihkan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimis pemulihan ekonomi masih berlanjut pada akhir tahun ini. Hal ini ditandai dengan berkurangnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja menjadi fokus pemerintah untuk memulihkan ekonomi.

“Tingkat pengangguran telah turun menjadi 5,83 persen, angka kemiskinan juga turun satu digit jadi 9,54 persen,” ujarnya saat webinar The 6th Annual Islamic Finance Conference: 'Islamic Finance Role in MSMEs Empowerment: Boosting Capability and Fostering Inclusiveness for Sustainable Future, Rabu (24/8/2022).

Menurutnya pertumbuhan dan pemulihan ekonomi semakin inklusif setiap tahunnya. Hal ini menjadi harapan untuk mewujudkan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi melalui UMKM.

Sri Mulyani mencatat UMKM formal berkontribusi pada 40 persen dari PDB per tahunnya, dan angkat tersebut belum termasuk sektor UMKM informal. “Kementerian Keuangan akan terus memantau dan mendukung perkembangan UMKM di Indonesia untuk menciptakan ekonomi yang bukan hanya inklusif, namun juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia,” ucapnya.

Sri Mulyani menyebut saat ini, Indonesia memiliki 64 juta UMKM yang mewakili 99 persen dari total bisnis yang ada, serta menyerap 97 persen ketenagakerjaan secara nasional. 

“Namun pengembangan UMKM tidak tanpa tantangan, karena banyak UMKM tidak memiliki akses terhadap pasar, kekurangan sumber daya yang mumpuni, dan memiliki kesulitan menggunakan teknologi untuk meningkatkan penjualannya,” ucapnya.

Dari sisi eksternal, Sri Mulyani mengungkapkan  konflik geopolitik yang menyebabkan krisis global dapat meningkatkan harga komoditas secara nasional.

“Dengan terkontrolnya situasi pandemi, pemulihan ekonomi di Indonesia semakin menunjukkan progress baik. Akan tetapi situasi geopolitik dan perang dagang menyebabkan harga komoditas terus melonjak, sehingga inflasi tidak terhindarkan,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement