Rabu 24 Aug 2022 18:01 WIB

Harga Komoditas Naik, Ridwan Kamil Lakukan Antisipasi

Warga Jabar diajak untuk turut serta dalam gerakan Jabar Urban Farming

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah melakukan antisipasi untuk menekan harga kebutuhan pokok masyarakat yang harganya meroket.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah melakukan antisipasi untuk menekan harga kebutuhan pokok masyarakat yang harganya meroket.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Harga beberapa komoditas pangan banyak yang mengalami kenaikan. Di antaranya Telur, saat ini harganya mencapai 30.000/kg sebelumnya di kisaran 23.000-25.000/kg. Begitu juga, harga daging ayam perkilogramnya naik menjadi Rp 39 hingga 40 ribu. Begitu juga, kebutuhan pokok lainnya.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya sudah melakukan antisipasi untuk menekan harga kebutuhan pokok masyarakat yang harganya meroket. Pertama, upaya yang dilakukan adalah pertukaran data komoditas antar daerah.

Baca Juga

"Dengan data tersebut kita bisa melakukan pertukaran perdagangan antar daerah, khususnya di kabupaten dan kota di Jabar," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emiln, Selasa petang (23/8/2022).

Kedua, dengan menggelar operasi pasar untuk sejumlah komoditas. Namun, operasi pasar ini ketika emergensi saja di waktu-waktu tertentu. Ketiga adalah dengan urban farming. Warga menanam kebutuhan pokok, misalnya cabe rawit dan bawang merah di halam rumahnya."Urban farming ini dilakukan guna mengurangi ketergantungan masyarakat terjadi komoditas yang tidak terkendali," katanya.

Beberapa waktu lalu, urban farming menjadi bahasan dalam rapat pimpinan OPD di lingkungan Pemprov Jabar. Ridwan Kamil, akan kembali memulai gerakan urban farming.

Untuk menjalankan program ini, kata dia, sejumlah kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat akan ditanami komoditas yang memiliki harga fluktuatif. Di antaranya, tomat, cabe dan bawang merah.

Program ini, kata dia, dilakukan untuk mengendalikan sejumlah komoditas yang harganya fluktuatif. Upaya ini juga, untuk mengantisipasi guncangan suplai maupun kondisi recovery pandemi Covid-19. "Mulai tanggal 19 (Agustus) urban farming ini akan dimulai. Nanti, rumah saya, Pakuan, kantor dinas-nya dari rumah kadis-nya akan ditanami tanaman pertanian," kata Emil.

Menurut Emil, pertumbuhan ekonomi Jabar di semester ini dinyatakan aman, yaitu di 5,6 persen dan 4,94 persen. Namun mengingat guncangan di era masa kini yang lebih besar membuat pihaknya harus melakukan sejumlah inovasi. 

Jabar Urban Farming sendiri, kata dia, merupakan upaya jangka pendek, di mana pihaknya juga akan menanam sejumlah komoditas tersebut di rumah yang dibeli oleh BUMD Agro Jabar. Emil berharap, Provinsi Jabar dapat mengendalikan kekurangan suplai sejumlah komoditas yang diatur oleh hukum pasar. 

Oleh karena itu, Emil juga mengajak warga Jabar untuk turut serta dalam gerakan Jabar Urban Farming ini. Emil juga memastikan, gerakan kali ini akan berbeda, lantaran setiap hasil panen dapat menjadi sumber pendapatan bagi warga itu sendiri. "Seperti kita kelola sampah. Ada yang setor sampah dapat poin, pengambil sampah dapat poin disetor ke pengepul dapat poin. Sirkular ekonomi, nah ini bedanya pangan," katanya.

Menurutnya, dengan terpenuhinya suplai komoditas maka akan mengurangi potensi inflasi. Kalau inflasi tinggi, maka masyarakat akan sukar membeli barang dengan harga murah. Sehingga pendapatan tergerus dan kesejahteraan pun menurun. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement