Kamis 25 Aug 2022 22:39 WIB

PM Palestina Minta Israel Buka Bandara Al-Quds

Bandara Al-Quds yang juga dikenal sebagai Bandara Qalandia didirikan pada 1920.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Otoritas Palestina, Mohammad Shtayyeh meminta Israel untuk membuka Bandara Al-Quds jika benar-benar ingin memfasilitasi perjalanan bagi orang-orang Palestina. Sebelumnya, Israel membuka Bandara Ramon di dekat Eilat, Israel selatan untuk penumpang Palestina yang ingin terbang ke luar negeri.

Seperti dilansir Middle East Monitor, Kamis (25/8), Shtayyeh mengatakan, Bandara Al-Quds sudah tersedia dan Palestina dapat mengoperasikannya. Bandara Al-Quds yang juga dikenal sebagai Bandara Qalandia, didirikan pada 1920 selama pendudukan Mandat Inggris di Palestina dan digunakan untuk tujuan militer.  Selama pemerintahan Yordania di Tepi Barat pada 1948-1967 bandara itu berubah menjadi bandara sipil.

Baca Juga

Otoritas pendudukan Israel mengubah Bandara Al-Quds untuk tujuan pariwisata dan komersial. Kemudian Israel menutupnya dan sekarang mencoba menggunakannya untuk proyek pemukiman.

Awal bulan ini, Otoritas Bandara Israel mengumumkan bahwa warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan Tepi Barat dapat melakukan perjalanan ke luar negeri dengan penerbangan tujuan Antalya dan Istanbul dari Bandara Ramon. Bandara ini terletak di dekat Kota Eilat di Laut Merah.

Rencana izin terbang ini mendapatkan penolakan dari para pejabat di Kota Ramallah, Tepi Barat. Menurut mereka, rencana tersebut tidak dibahas dan dikoordinasikan dengan Otoritas Palestina (PA). Hal ini adalah contoh bahwa Israel mengabaikan hak rakyat Palestina atas bandara berdaulat mereka sendiri.

Bulan lalu, laporan media Israel menyatakan, rencana izin terbang tersebut akan berlaku dengan syarat Otoritas Palestina mencabut tuntutan hukum terhadap Tel Aviv di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Bandara Ramon dibuka tiga tahun lalu, dan telah berupaya untuk menarik banyak perhatian dan bisnis internasional. Hal ini dilaporkan menjadi alasan Israel mengizinkan warga Palestina yang tinggal Tepi Barat untuk bepergian ke luar negeri melalui Bandara Ramon.

"Israel gagal mengubah Bandara Ramon menjadi terminal internasional. Sekarang, Israel menawarkan kepada kita sesuatu yang tidak berhasil untuk mereka. Ini mengingatkan saya pada vaksin virus Corona. Israel menawari kami (vaksin Covid-19) karena tanggal kedaluwarsa sudah dekat," ujar seorang pejabat Palestina yang berbicara dengan Yerusalem Post.

Bandara Ramon lebih kecil dari Bandara Internasional Ben-Gurion Israel di dekat Tel Aviv. Bandara Ramon memiliki lebih sedikit penerbangan dan tidak terlalu sibuk. Awal Agustus Otoritas bandara mengatakan, ada penerbangan dua kali seminggu untuk warga Palestina dari Bandara Ramon ke Antalya, Turki, pada akhir Agustus. Sementara penerbangan ke Istanbul akan dimulai pada September.

Warga Palestina dari Tepi Barat dan Jalur Gaza tidak memiliki bandara sendiri dan harus mengajukan permohonan izin kepada otoritas bandara agar dapat terbang ke luar negeri melalui Bandara Ben Gurion. Warga Palestina sangat sulit mendapatkan izin tersebut. Biasanya izin ini disetujui sesaat sebelum lepas landas.

Warga Palestina di Tepi Barat yang ingin terbang ke luar negeri harus melakukan perjalanan ke Ibu Kota Yordania, Amman, melalui penyeberangan perbatasan Israel yang padat. Penyeberangan tidak buka 24 jam sehari, sehingga memaksa banyak pelancong membayar penginapan di hotel terdekat sebelum penerbangan mereka. Selain itu, ada juga biaya perjalanan dan biaya penyeberangan yang dapat membuat perjalanan menjadi beban keuangan tambahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement