Rabu 31 Aug 2022 16:31 WIB

MUI: Nilai Keagamaan dan Kebaikan Harus Dipublikasikan

Nilai-nilai keagamaan dan kebaikan bisa disebarkan melalui teknologi digital.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Marsudi Syuhud. MUI: Nilai Keagamaan dan Kebaikan Harus Dipublikasikan
Foto: Prayogi/Republika.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Marsudi Syuhud. MUI: Nilai Keagamaan dan Kebaikan Harus Dipublikasikan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (Waketum MUI) KH Marsudi Syuhud mengatakan Kongres Mujahid Digital dan Konsolidasi Nasional Infokom MUI digelar untuk mengintegrasikan nilai. Yaitu nilai-nilai keagamaan dan kebaikan yang harus disampaikan dan dipublikasikan.

Kiai Marsudi mengatakan, publikasi nilai-nilai keagamaan dan kebaikan jangan sampai kalah dengan nilai-nilai kejahatan. Sekarang publikasi nilai-nilai keagamaan dan kebaikan bisa disebarkan melalui teknologi digital.

Baca Juga

"Bangsa ini kuat jika integrasi nilai itu kuat, yang pertama integrasi wilayahnya menyatu, yang kedua integrasi pimpinan dan yang dipimpin menyatu, tapi nomor satu dan dua ini akan lenyap atau hilang kalau tidak ada integrasi nilai," kata Kiai Marsudi dalam pidatonya di Kick Off Kongres Mujahid Digital dan Konsolidasi Nasional Infokom MUI, Rabu (31/8/2022).

Waketum MUI ini menegaskan, integrasi nilai inilah yang harus disebarkan dan publikasikan. Karena integrasi nilai ini adalah sebuah kenikmatan dari Allah yang harus disampaikan ke publik.

Ia menjelaskan, pada dasarnya integrasi nilai ini adalah untuk menyatukan antara umat Islam dengan umat Islam itu sendiri. Karena banyak antarumat Islam belum bisa duduk bersama.

"Begitu pula mengintegrasikan nilai ukhuwah kebangsaan, bangsa ini akan bubar atau carut-marut kalau kita belum bisa memahami nilai-nilai kebangsaan ini," ujar Kiai Marsudi.

Kiai Marsudi menyampaikan, ada satu pertanyaan penting yang harus bisa terjawab. "Apakah saya berbangsa dan bernegara sudah sesuai dengan nilai-nilai agama yang saya anut?"

Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi KH Masduki Baidlowi mengatakan bahwa Islam wasathiyah harus dibungkus secara digital di era seperti sekarang ini. Di era digital, metode sangat penting dibanding materi. Artinya metodologi sangat penting karena teknologi terus berkembang.

"Sekarang ada satu kondisi di mana ada alat-alat dakwah yang tidak bisa kita tinggalkan yaitu digitalisasi informasi," kata Kiai Masduki dalam pidatonya, Rabu (31/8/2022).

Ia menjelaskan, penduduk Indonesia sekitar 270 juta lebih didominasi kalangan muda. Generasi Z jumlahnya mencapai 27,29 persen. Generasi Z ini cenderung tidak mau mendengarkan narasi atau kalimat panjang, mereka maunya belajar lewat audio.

Ia menyampaikan, jadi di era sekarang pembelajaran lewat audio lebih didengarkan oleh kalangan generasi muda. Kalau ulama mau berbicara tentang Islam wasathiyah, maka ulama harus bergerak di mujahid digital.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement