Kamis 01 Sep 2022 09:41 WIB

Capres Alternatif Mendorong Substansi Pilpres 2024

Capres alternatif bukan sekadar figur populer, melainkan figur yang memiliki gagasan.

Red: Karta Raharja Ucu
Pemerhati Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti.
Foto: Republika/Febryan.A
Pemerhati Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti, berkata, wacana capres alternatif yang kini mulai ramai diperbincangkan memberikan sinyal kejenuhan publik terhadap nama-nama figur yang sudah lebih dulu populer. Meski begitu Ray menyarankan masyarakat jangan ragu untuk memberikan tuntutan bagi para figur dan partai politik untuk fokus kepada tantangan pembangunan Indonesia pasca-2024.

“Capres alternatif itu bukan sekadar figur yang juga populer, melainkan figur yang memiliki gagasan dan terasosiasi dengan isu dan substansi tertentu. seperti dalam bidang ekonomi kemandirian ada Rizal Ramli, di bidang pembangunan teknologi ada Ilham Habibie, dan di bidang demokrasi ada Jimly Asshiddique," kata Ray Rangkuti, dalam acara diskusi bertajuk “Mencari Capres Alternatif & Membaca Arah Koalisi” yang diselenggarakan oleh Para Syndicate, di Jakarta, Rabu (31/8/2022).

Menurutnya, capres alternatif juga harus memberikan efek kejut bagi partai yang mendukungnya. Efek kejut akan menarik perbincangan bukan lagi dari sekadar di dunia medsos, tapi juga di dunia ide.

"Sebagai contoh, Ilham Habibie, kita kenal bukan orang yang ingin menonjol di dunia politik, tapi justru ini efek kejutnya, jika ada partai politik yang mendukungnya, maka akan menjadi perhatian publik,” kata Ray.

Ray menambahkan, terdapat dua model capres alternatif, capres strategis, dan capres realistis. Capres strategis merupakan figur alternatif yang dapat ikut mengerek popularitas partai, dalam hal ini capres yang memiliki efek kejut tinggi seperti nama Ilham Habibie dan nama – nama lainnya perlu dipertimbangkan.

Sedangkan capres realistis merupakan capres yang dipilih pada last minute sebelum didaftarkan ke KPU. Partai – partai politik menengah justru perlu melirik cara memunculkan nama dengan efek kejut tersebut.

Pernyataan serupa disampaikan Ari Nurcahyo dari Para Syndicate. Ia berpendapat capres alternatif adalah figur yang dapat membuka perspektif bahwa elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas hanya satu variabel dalam penentuan capres.

Ari, sebagaimana mengutip pernyataan Presiden Jokowi, berkata, capres 2024 harus bekerja keras untuk dapat menjawab tantangan pembangunan Indonesia ke depan. Konstalasi koalisi partai politik akan ditentukan dengan pemufakatan kandidasi paket capres – cawapres yang diusung. "Dalam situasi tersebut, elektabilitas hasil survei hanyalah satu variabel dalam menentukan capres – cawapres, selebihnya adalah otonomi partai dan pemufakatan koalisi."

Lebih jauh, nama–nama capres alternatif masih mungkin dimunculkan karena perlunya upaya untuk memperkuat substansi dan minat publik terhadap pilpres. Di sisi lain, narasumber dari Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas, memaparkan hasil penelitian Litbang Kompas yang dilakukan pada Januari dan Juni 2022.

Dalam paparannya, nama-nama seperti Prabowo, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan saat ini masih menjadi tiga besar top of mind di masyarakat untuk capres 2024. Kendati demikian, ada gap yang sangat besar antara popularitas dan elektabilitas 3 nama tersebut.

“Elektabilitas tiga nama tadi mengalami stagnansi. Belum ada satu pun capres yang benar-benar memiliki elektabiltas yang sangat tinggi,” kata Toto menerangkan.

"Dari pertanyaan yang kita ajukan kepada responden, ada ruang elektabilitas sebesar 15% bagi capres alternatif. Jika seperti ini, maka posisi cawapres akan jauh lebih realistis”, ujar Toto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement