Kamis 01 Sep 2022 11:51 WIB

Manuver Terakhir Laksamana Yudo Menjadi Panglima TNI

KSAL mencoba merebut hati Megawati menjelang Jenderal Andika pensiun.

Red: Joko Sadewo
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono. (Foto ilustrasi)
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono. (Foto ilustrasi)

Oleh : Erik Purnama Putra, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Jenderal Andika Perkasa akan pensiun pada akhir 2022. Posisi Panglima TNI akan diperebutkan oleh dua kepala staf. Keduanya adalah Jenderal Dudung Abdurachman dan Laksamana Yudo Margono. Dua orang perwira tinggi (pati) bintang empat tersebut yang digadang-gadang sebagai Panglima TNI ke-22.

Belakangan ini, ada manuver menarik yang dilakukan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono. Dia dua kali mengadakan acara yang melibatkan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Sangat terkesan jika Yudo sedang melakukan pendekatan kepada Megawati.

Acara pertama, Yudo mengundang Megawati untuk menghadiri acara penamaan kapal korvet milik TNI Angkatan Laut (AL) dengan nama KRI Bung Karno. Peresmian penamaan KRI tersebut dilakukan Megawati di Gedung Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 20 Juni 2022.

Tidak berhenti sampai di situ. Yudo juga masih terus 'mendekati' Megawati. Kali ini, presiden ke-5 RI tersebut diundang sebagai pembicara kunci tentang Ratu Kalinyamat di KRI Dewaruci, Dermaga Kolinlamil, Jakarta Utara, 11 Agustus 2022.

Sepertinya Yudo sadar, jalur untuk menjadi Panglima TNI tidak melulu di tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Karena itu, ia melakukan manuver dengan membuat hati Megawati menjadi senang, khususnya ketika ayahnya disematkan sebagai nama KRI.

Sebenarnya apa yang dilakukan Yudo itu sah-sah saja. Apalagi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman sudah lebih dulu melakukan kegiatan serupa. Dudung ketika menjadi gubernur Akademi Militer (Akmil) secara tiba-tiba membuat patung Bung Karno. Peresmian patung tersebut dilakukan Megawati pada 7 Februari 2020.

Apa yang terjadi setelah Dudung membuat patung pertama Bung Karno di kesatrian TNI AD? Dia tidak lama kemudian mendapat promosi sebagai panglima Kodam Jaya. Usai menurunkan baliho Front Pembela Islam (FPI), Dudung dilantik sebagai panglima Kostrad. Setelah itu, ia menjadi KSAD menggantikan Andika yang ditunjuk sebagai panglima TNI.

Dengan kata lain, apa yang dilakukan Yudo sekarang mengikuti jejak Dudung. Yudo sudah kalah bersaing dengan Andika ketika gagal menjadi panglima TNI. Padahal, Panglima TNI periode 2017-2021 Marsekal Hadi Tjahjanto sudah mem-back up-nya. Namun, ia kalah lobi di Istana.

Kali ini, Yudo mencoba cara lain. Di kesempatan terakhirnya menjadi panglima TNI untuk menggantikan Andika, ia mencoba peluang itu. Yudo memakai jalur yang dianggap powerful untuk bisa sukses mengantarkannya sebagai TNI 1. Tentu saja, langkah Yudo yang mencoba mengangkat nama Bung Karno juga membuat hati penghuni Jalan Teuku Umar itu senang.

Yudo sepertinya sadar, ia bakal terpental jika hanya sekadar berpangku tangan menunggu kabar baik dari Istana. Selain namanya yang kalah populer jika dibandingkan dengan Dudung, Yudo juga belum pernah berjasa bagi penguasa.

Berbeda dengan Dudung yang berani pasang badan melawan Habib Rizieq Shihab (HRS). Karena itu, ia mau tidak mau akhirnya menggunakan kartu terakhir dengan mendekati Megawati.

Peluang Yudo menjadi panglima TNI sebenarnya cukup besar pula. Jokowi jika tidak menunjuknya sebagai pengganti Andika pada akhir tahun ini maka pada masa pemerintahannya, tidak ada panglima TNI dari matra laut. Hal itu jelas sebuah aib. Dapat dinilai jika Jokowi menganaktirikan TNI AL.

Padahal, ketika awal-awal dilantik sebagai presiden, Jokowi selalu berjualan tentang poros maritim dunia dan tol laut. Jokowi sampai menyinggung, bangsa ini terlalu lama memunggungi laut. Namun faktanya, ia tidak pernah menunjuk KSAL sebagai panglima TNI.

Karena itu, pada masa sisa pemerintahannya, Jokowi masih bisa menutupi kekurangan itu dengan menunjuk Yudo sebagai panglima TNI. Kalau hal itu tidak dilakukan maka tidak ada panglima TNI dari matra laut selama Jokowi berkuasa.

Meski begitu, apakah ada jaminan Yudo pasti terpilih? Tentu saja tidak. Apalagi, saingannya adalah Dudung yang sudah memposisikan diri sebagai kepanjangan tangan penguasa, yang siap menggebuk lawan politik pemerintah.

Dengan dinamika seperti itu, kita tunggu saja siapa yang nantinya terpilih menjadi panglima TNI. Apakah Yudo atau Dudung?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement