Sabtu 03 Sep 2022 20:35 WIB

Erdogan Sebut Turki Dapat Mainkan Peran di Masalah PLTN Ukraina

PLTN Zaporizhzhia diperebutkan Rusia dan Ukraina

Red: Nur Aini
Seorang prajurit Rusia menjaga area Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di wilayah di bawah kendali militer Rusia, tenggara Ukraina, 1 Mei 2022. Moskow dan Kyiv telah bertukar tuduhan menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, terbesar di Eropa, yang memicu ketakutan dari bencana nuklir.
Foto: AP Photo
Seorang prajurit Rusia menjaga area Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di wilayah di bawah kendali militer Rusia, tenggara Ukraina, 1 Mei 2022. Moskow dan Kyiv telah bertukar tuduhan menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, terbesar di Eropa, yang memicu ketakutan dari bencana nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa seperti dalam kesepakatan ekspor gandum, Ankara dapat memainkan peran untuk menengahi persoalan di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina yang kini diperebutkan oleh Moskow dan Kiev.

Dalam pembicaraan melalui telepon, Sabtu (3/9/2022), Erdogan dan Putin bertukar pandangan mengenai hubungan bilateral dan isu-isu regional, terutama mengenai ekspor biji-bijian, kata Direktorat Komunikasi Turki dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Pada 22 Juli 2022, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian yang difasilitasi oleh Turki dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melanjutkan ekspor gandum dari tiga pelabuhan Ukraina di Laut Hitam. Ekspor tersebut sempat terhenti akibat perang yang telah berlangsung sejak Februari.

PLTN Zaporizhzhia, terbesar di Eropa, direbut oleh Rusia pada Maret lalu, tetapi masih dioperasikan oleh staf Ukraina di bawah pengawasan pasukan Rusia. Kawasan pembangkit, yang berjarak kurang dari 10 km dari posisi Ukraina di seberang Sungai Dnipro, telah berulang kali diserang selama sebulan terakhir. Ukraina dan Rusia saling melempar tanggung jawab atas serangan tersebut.

Dalam pembicaraan Erdogan dan Putin, kedua pemimpin juga menegaskan kembali tekad mereka untuk melanjutkan proyek PLTN Akkuyu yang saat ini sedang dibangun di Provinsi Mersin di Turki selatan. Reaktor pertama Akkuyu akan beroperasi pada 2023 dan seluruh pabrik akan berdiri dan berjalan pada 2025. Proyek itu dimulai dengan perjanjian antarpemerintah pada 2010 antara Turki dan Rusia.

Erdogan dan Putin sepakat untuk membahas semua isu bilateral pada pertemuan di Uzbekistan, di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) pada 15-16 September mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement