Senin 05 Sep 2022 08:32 WIB

Hanya Tersisa Satu Reaktor di PLTN Zaporizhzhia

Dari enam reaktor di PLTN Zaporizhzhia hanya tersisa satu yang masih beroperasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Gambar satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan enam reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina yang diduduki Rusia, Jumat, 19 Agustus 2022. Kyiv dan Moskow terus saling menuduh menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, yang memicu kekhawatiran internasional akan terjadinya ledakan. bencana di benua itu.
Foto: Satellite image ©2022 Maxar Technologies via
Gambar satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan enam reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina yang diduduki Rusia, Jumat, 19 Agustus 2022. Kyiv dan Moskow terus saling menuduh menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, yang memicu kekhawatiran internasional akan terjadinya ledakan. bencana di benua itu.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina telah kehilangan sambungan ke saluran listrik eksternal utama yang tersisa. Dari enam reaktor di situs tersebut, hanya tersisa satu yang masih beroperasi.

“Satu reaktor masih beroperasi dan menghasilkan listrik, baik untuk pendinginan dan fungsi keselamatan penting lainnya di lokasi serta untuk rumah tangga, pabrik, dan lainnya melalui jaringan listrik,” kata Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Sabtu (3/9/2022).

Baca Juga

Warga Ukraina yang menjadi staf di PLTN Zaporizhzhia telah menyampaikan kepada para ahli IAEA bahwa jaringan listrik operasional 750 kilovolt keempat situs tersebut telah padam. Tiga jaringan telah terputus sebelumnya.

Namun para ahli IAEA juga mengetahui bahwa jalur cadangan yang menghubungan fasilitas tersebut ke pembangkit listrik termal mengalirkan listrik ke jaringan eksternal. Jalur cadangan itu dapat memberikan daya cadangan ke PLTN Zaporizhzhia jika diperlukan.

Zaporizhzhia merupakan PLTN terbesar di Eropa. Situs tersebut kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Kekhawatiran tentang pecahnya bencana nuklir telah merebak karena Rusia dan Ukraina tetap terlibat pertempuran di sekitar Zaporizhzhia. Kendati demikian, kedua negara saling menyalahkan atas aksi penembakan di sekitar fasilitas itu.

Jalur transmisi ke PLTN Zaporizhzhia terputus pada 25 Agustus lalu. Untuk pertama kalinya sejak didirikan pada 1980, PLTN Zaporizhzhia terputus dari jaringan listrik nasional. Hal itu memicu pemadaman listrik di berbagai wilayah di Ukraina. Namun generator darurat mulai digunakan untuk menyediakan daya yang dibutuhkan untuk proses pendinginan yang vital.

Aksi baku tembak yang terus berlangsung di sekitar PLTN membuat Zaporizhzhia mematikan reaktor kelimanya. Pada Kamis (1/9/2022) lalu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi memimpin sebuah tim ke PLTN Zaporizhzhia. Beberapa ahli tetap di sana menunggu rilis laporan oleh IAEA dalam beberapa hari mendatang.

Sementara itu, perusahaan gas Rusia, Gazprom, telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan memulai kembali pengiriman gas ke Jerman lewat jaringan pipa Nord Stream. Mereka mengklaim menemukan kebocoran pada Nord Stream. Artinya suplai gas dari fasilitas tersebut bisa terhenti tanpa batas waktu yang ditentukan.

Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel mengaku tak terkejut oleh pengumuman Gazprom. "Penggunaan gas sebagai senjata tidak akan mengubah keputusan Uni Eropa. Kami akan mempercepat jalan kami menuju kemandirian energi. Tugas kami adalah melindungi warga negara kami dan mendukung kebebasan Ukraina," katanya.

Pada 31 Agustus lalu, Gazprom mengumumkan penangguhan suplai gas lewat Nord Stream dengan alasan adanya pekerjaan pemeliharaan di unit kompresor gas. Mereka mengungkapkan, pekerjaan tersebut bakal berlangsung hingga 3 Agustus. Namun dengan pengumuman terbarunya, Gazprom berarti belum akan memulai lagi pengiriman gasnya ke Jerman.

Jerman telah mengkritik keputusan Gazprom. Menurut Berlin, penangguhan pasokan gas karena adanya pekerjaan pemeliharan hanyalah dalih. Mereka menilai, penghentian sementara pengiriman gas oleh Rusia merupakan keputusan politik. Moskow telah membantah anggapan bahwa mereka menggunakan pasokan energi sebagai senjata ekonomi melawan negara-negara Barat yang mendukung Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement