Selasa 06 Sep 2022 20:28 WIB

Iran Siap Bantu Krisis Energi Eropa, Ini Syaratnya

Iran mermiliki cadangan gas alam terbesar kedua setelah Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pabrik penyimpanan gas Reckrod digambarkan di dekat Eiterfeld, Jerman tengah, Kamis, 14 Juli 2022, setelah pipa Nord Stream 1 ditutup karena pemeliharaan. Pemerintah Uni Eropa sepakat Selasa, 26 Juli 2022 untuk menjatah gas alam musim dingin ini untuk melindungi diri mereka dari pemotongan pasokan lebih lanjut oleh Rusia saat Moskow mengejar invasi ke Ukraina.
Foto: AP Photo/Michael Probst
Pabrik penyimpanan gas Reckrod digambarkan di dekat Eiterfeld, Jerman tengah, Kamis, 14 Juli 2022, setelah pipa Nord Stream 1 ditutup karena pemeliharaan. Pemerintah Uni Eropa sepakat Selasa, 26 Juli 2022 untuk menjatah gas alam musim dingin ini untuk melindungi diri mereka dari pemotongan pasokan lebih lanjut oleh Rusia saat Moskow mengejar invasi ke Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemerintah Iran mengatakan, mereka berharap sanksi Amerika Serikat (AS) terhadapnya akan dilonggarkan atau dicabut. Dengan demikian, Teheran dapat mengekspor komoditas gasnya ke Eropa yang sedang mengalami krisis pasokan energi.

“Mengingat masalah pasokan energi Eropa yang dipicu oleh krisis Ukraina, Iran dapat menyediakan kebutuhan energi Eropa jika sanksi terhadapnya dicabut,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani, Senin (5/9), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Saat ini Iran dan AS beserta negara kekuatan dunia lainnya,yakni Rusia, Prancis, Inggris, Cina, Jerman, serta Uni Eropa masih terlibat dalam negosiasi pemulihan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). "Kami berharap kesepakatan akan dicapai untuk membiarkan Iran memainkan peran yang lebih efisien, dengan tujuan menyediakan energi yang dibutuhkan untuk negara-negara di seluruh dunia dan untuk negara-negara Eropa," kata Kanani.

JCPOA adalah sebuah kesepakatan yang dibuat dengan tujuan agar Iran tak mengembangkan senjata nuklir. Imbalannya, sanksi ekonomi terhadap Teheran bakal dicabut. Namun pada 2018, mantan presiden AS Donald Trump memutuskan menarik negaranya dari JCPOA. Trump beralasan, JCPOA “cacat” karena tak turut mengatur program rudal balistik Iran dan pengaruhnya di kawasan. Setelah menarik AS, Trump memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran.

Hal itu akhirnya membuat Iran tak lagi tunduk pada JCPOA. Mereka mulai melakukan pengayaan uranium. IAEA telah melaporkan bahwa cadangan uranium yang diperkaya Iran meningkat 18 kali lipat dari batas ketentuan dalam JCPOA. Saat ini AS, di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, berusaha memulihkan kembali JCPOA. Namun pembicaraan tak langsung antara kedua negara tersebut telah terhenti sejak Maret lalu.

Terkait keinginan membantu Eropa dalam menghadapi krisis pasokan energi, Iran memang memiliki cadangan gas alam terbesar kedua di dunia, setelah Rusia. Namun Teheran tidak memiliki infrastruktur untuk meningkatkan ekspor. Saat ini ekspor gas Iran hanya terbatas ke Irak dan Turki.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement