Rabu 07 Sep 2022 20:33 WIB

Vladimir Putin Bertemu Pemimpin Junta Myanmar

Pemimpin Junta Min Aung Hlaing memuji kepemimpinan Putin di Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Ketua Dewan Administrasi Negara Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing berfoto saat pertemuan mereka di sela-sela Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rusia, Rabu, 7 September 2022.
Foto: Valery Sharifulin, Sputnik, Kremlin Pool Phot
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Ketua Dewan Administrasi Negara Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing berfoto saat pertemuan mereka di sela-sela Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rusia, Rabu, 7 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan pemimpin junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing di sela-sela acara Eastern Economic Forum yang digelar di Vladivostok, Rabu (7/9). Pada kesempatan itu, Putin memuji hubungan positif Rusia dengan Myanmar.

“Myanmar adalah mitra lama dan dapat diandalkan kami di Asia Tenggara. Hubungan kami berkembang secara positif,” kata Putin, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Sementara itu Min Aung Hlaing memuji kepemimpinan Putin di Rusia. “Saya sangat bangga dengan Anda, karena ketika Anda berkuasa di negara ini, Rusia, bisa dikatakan, menjadi nomor satu di dunia,” kata Min Aung Hlaing kepada Putin, seperti dikutip dari pernyataan Kremlin yang menerjemahkan pernyataannya ke dalam bahasa Rusia.

Menurut Min Aung Hlaing, Putin tidak hanya seorang pemimpin Rusia, tapi juga dunia. “Karena Anda mengendalikan dan mengatur stabilitas di seluruh dunia,” ucapnya.

Keterangan yang dirilis junta Myanmar, dalam pertemuannya Min Aung Hlaing dan Putin bertukar pandangan tentang hubungan serta situasi internasional. Min Aung Hlaing tiba di Rusia pada Ahad (4/9) untuk menghadiri Eastern Economic Forum. Itu menjadi kunjungan ketiganya ke Rusia sejak dia memimpin kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi pada Februari tahun lalu.

Saat ini Rusia dan Myanmar sedang menghadapi sanksi Barat. Kepada Myanmar, sanksi diterapkan karena kudeta yang dilakukan militer. Sementara kepada Rusia, sanksi dikenakan akibat agresi militernya ke Ukraina.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا بَيِّنٰتٍ تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا الْمُنْكَرَۗ يَكَادُوْنَ يَسْطُوْنَ بِالَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَاۗ قُلْ اَفَاُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكُمْۗ اَلنَّارُۗ وَعَدَهَا اللّٰهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ ࣖ
Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya engkau akan melihat (tanda-tanda) keingkaran pada wajah orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku kabarkan kepada-mu (mengenai sesuatu) yang lebih buruk dari itu, (yaitu) neraka?” Allah telah mengancamkannya (neraka) kepada orang-orang kafir. Dan (neraka itu) seburuk-buruk tempat kembali.

(QS. Al-Hajj ayat 72)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement