Kamis 08 Sep 2022 17:19 WIB

Dorong Penyaluran Kredit 2022, BNI Bidik Perusahaan Blue Chip

Pertumbuhan bisnis segmen korporasi memberikan multiplier effect yang besar

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
PT Bank Negara Indonesia (Persero) membidik perusahaan blue chip sektor barang konsumen bergerak cepat hingga telekomunikasi pada semester II 2022. (ilustrasi).
Foto: ,
PT Bank Negara Indonesia (Persero) membidik perusahaan blue chip sektor barang konsumen bergerak cepat hingga telekomunikasi pada semester II 2022. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) membidik perusahaan blue chip sektor barang konsumen bergerak cepat hingga telekomunikasi pada semester II 2022. Hal ini sejalan dengan kebijakan strategis yang sudah ditetapkan dalam rencana bisnis bank (RBB) dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent.

Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Rumantir mengatakan, sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang besar. Apalagi pertumbuhan bisnis segmen korporasi memberikan multiplier effect yang besar terhadap ekonomi dan dalam jangka panjang serta dapat menghasilkan portofolio bisnis yang berkelanjutan bagi perseroan.

Baca Juga

“Terkait tactical portfolio allocation, kami melihat sektor FMCG, telekomunikasi, dan kesehatan sebagai sektor yang defensif dari sisi risiko, namun memiliki potensi pertumbuhan yang besar,” ujarnya dalam keterbukaan informasi perseroan, Kamis (8/9/2022).

Silvano mengatakan perseroan berupaya menjaga pertumbuhan kredit hingga akhir tahun berada kisaran tujuh hingga 10 perseb, dengan segmen korporasi menjadi salah satu motor pertumbuhan. Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan outstanding kredit korporasi sebesar Rp 311,2 triliun atau naik 8,28 persen secara tahunan (YoY) terutama didorong oleh pertumbuhan segmen korporasi blue chip.

“Penyaluran kredit korporasi BNI selama kuartal II 2022 merupakan yang tertinggi pasca pandemi,” ucapnya.

Adapun yang menjadi salah satu tantangan bagi perseroan dalam penyaluran kredit korporasi pada sisa 2022 adalah kondisi ekonomi global yang tidak stabil, yang berdampak pada perekonomian di Indonesia salah satunya kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Meski demikian, dia optimistis kredit korporasi tetap tumbuh pada semester II 2022.

“Kami juga perlu waspada terhadap perkembangan ekonomi global yang mulai berimbas ke Indonesia, terutama dari sisi volatilitas nilai tukar dan imported inflation yang mulai terlihat produk BBM,” ucapnya.

Menurutnya perseroan menilai masih banyak peluang yang dapat digarap segmen korporasi. Pertumbuhan domestic consumption yang relatif kuat akan mendorong perusahaan berbagai sektor untuk melakukan ekspansi bisnis.

Hal ini juga tercermin dari indicator PMI (Purchasing Managers' Index) yang senantiasa di atas angka 50, artinya secara umum perusahaan dalam fase ekspansi Silvano menuturkan perseroan juga akan fokus dalam memenuhi kebutuhan bisnis nasabah korporasi yang telah Go Global.

“BNI menyadari tidak sekadar menawarkan solusi yang plain vanilla, juga solusi yang lebih kompleks dengan kapabilitas Investment Banking yang terus ditingkatkan,” ucapnya.

Menurutnya solusi komprehensif seperti payment dan collection, supply chain financing, trade finance, garansi bank, dan remitansi, juga siap diberikan melalui platform Digital BNI Direct bagi nasabah korporasi beserta value chain-nya guna menciptakan skala ekonomi yang lebih baik.

"Ekspansi kami bisnis internasional merupakan salah satu area yang akan terus kami explore untuk mengoptimalkan jaringan global yang telah kami miliki. Kami harapkan dapat memberi lebih banyak revenue bagi BNI,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement