Jumat 09 Sep 2022 19:34 WIB

Jawa Barat Dilanda Lebih dari 800 Bencana, Mayoritas Akibat Cuaca Ekstrem

Warga yang terdampak bencana di Jawa Barat berjumlah 217.737 orang

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nur Aini
Petugas Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jawa Barat bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membereskan bekas longsoran tebing yang terjadi di awal Lebaran lalu di Jalan Raya Subang-Bandung, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Selasa (10/5).
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jawa Barat bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membereskan bekas longsoran tebing yang terjadi di awal Lebaran lalu di Jalan Raya Subang-Bandung, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Selasa (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sepanjang Januari hingga 9 September 2022, Jawa Barat mengalami 809 bencana. Sebanyak 784 di antaranya bencana hidrometeorologi yakni tanah longsor, banjir, dan angin kencang.

Menurut Analis Kebencanaan Badan Penanggulanganan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Hadi Rahmat Hardjasasmita, ke-809 kejadian terdiri dari 305 kejadian tanah longsor, 340 angin kencang, 139 banjir, 5 kebakaran lahan, gempa bumi 17, dan kekeringan 3 kejadian.

Baca Juga

Hadi mengatakan, warga yang terdampak bencana tersebut berjumlah 217.737 orang, 35 orang meninggal dunia, 5.846 rumah rusak, 5.1560 rumah di antaranya terendam akibat banjir dan tetimbun longsor. Secara keseluruhan, kata Hadi, penanganan kebencanaan di Jabar sudah mencapai 97,9 persen.

"Artinya 809 kejadian sudah kita selesaikan dan 17 kejadian yang masih dalam progres penanganan," ujar Hadi, Jumat (9/8/2022).

Hadi mengatakan, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan karena cuaca ekstrem, yakni longsor, banjir, dan angin kencang.

"Untuk penanganan bencana Hidrometeorologi sama seperti bencana pada umumnya. Kami sudah memiliki protap dan SOP soal darurat kebencanaan," katanya.

SOP kebencanaan, kata dia, terdiri dari 6 langkah, yakni kaji cepat, pemetaan status, penyelamatan dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar perlindungan kelompok rentan, dan pemenuhan sarana dan prasarana vital.

Secara prinsip, kata dia, tidak ada seorangpun yang bisa mengetahui kapan bencana itu datang. Namun untuk bencana Hidrometeorologi, meskipun tidak bisa diprediksi tapi bisa diperkirakan. 

"Tapi sifatnya berdasarkan potensi dan memberi peringatan dini," katanya.

Terkait hal itu, BPBD sudah melakukan langkah. Di antaranya memberi informasi  melalui whatsapp ke BPBD kabupaten/kota. Nantinya BPBD kabupaten/kota yang akan berkoordinasi hingga ke tingkat desa.

"Upaya lainnya dengan WA blast peringatan dini ke kecamatan dan kelurahan melalui aparat berwenang. Nanti mereka yang akan langsung berkoordinasi dengan warga," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement