Senin 12 Sep 2022 15:10 WIB

AS Siapkan Bantuan Senilai 60 Juta Dolar untuk Sri Lanka

Sebanyak 40 juta dolar AS digunakan untuk impor pupuk dan sisanya untuk kemanusiaan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Para pengunjuk rasa, beberapa membawa bendera nasional, berdiri di gedung kantor Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, menuntut dia mengundurkan diri setelah presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu di tengah krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 13 Juli 2022. AS mengumumkan paket bantuan senilai 60 juta dolar AS untuk negara yang tengah dilanda krisis ekonomi dan kemanusiaan tersebut.
Foto: AP/Eranga Jayawardena
Para pengunjuk rasa, beberapa membawa bendera nasional, berdiri di gedung kantor Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, menuntut dia mengundurkan diri setelah presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu di tengah krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 13 Juli 2022. AS mengumumkan paket bantuan senilai 60 juta dolar AS untuk negara yang tengah dilanda krisis ekonomi dan kemanusiaan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Kepala Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Samantha Power melakukan kunjungan ke Sri Lanka. Pada kesempatan itu, dia mengumumkan paket bantuan senilai 60 juta dolar AS untuk negara yang tengah dilanda krisis ekonomi dan kemanusiaan tersebut.

“Saya datang untuk menyampaikan bahwa Amerika Serikat (AS) mendukung kalian selama krisis yang tak tertandingi ini,” kata Power, Ahad (11/9/2022).

Baca Juga

Power mengungkapkan, dari paket bantuan senilai 60 juta dolar AS yang disiapkan, 40 juta dolar AS di antaranya akan digunakan untuk impor pupuk. Sementara 20 juta dolar AS lainnya bakal dipakai untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan di Sri Lanka.

Menurut Program Pangan Dunia, lebih dari enam juta orang di Sri Lanka atau hampir 30 persen dari total populasi negara tersebut, menghadapi kerawanan pangan serta membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sri Lanka sudah mencapai kesepakatan awal dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bantuan senilai 2,9 miliar dolar AS selama empat tahun.

Namun, program tersebut bergantung pada jaminan restrukturisasi utang dari kreditur setelah negara tersebut mengumumkan bahwa mereka menangguhkan pembayaran utang luar negerinya. Saat ini, negara tersebut memiliki utang luar negeri sebesar 51 miliar dolar AS. Sebanyak 28 miliar dolar AS di antaranya harus dibayar pada 2027. Selain krisis ekonomi dan persoalan utang luar negeri, Sri Lanka juga harus mengatasi krisis kemanusiaan di negaranya.

Saat ini negara tersebut sedang menghadapi kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Hal itu karena tipisnya ketersediaan mata uang asing untuk membayar impor. Sri Lanka membutuhkan sekitar 5 miliar dolar AS untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya dalam enam bulan ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement