Kamis 15 Sep 2022 05:26 WIB

Masa Depan Inggris di Tangan Raja Charles III

Charles III memiliki segudang tantangan yang harus dihadapi

Red: Joko Sadewo
Dari kiri, Raja Charles III, Putri Anne, Pangeran Andrew, Camilla Permaisuri dan Tim Laurence saat Ibadah Doa dan Refleksi untuk Kehidupan Ratu Elizabeth II di Katedral St Giles, Edinburgh, Senin, 12 September 2022.
Foto: AP/Jane Barlow/POOL pa
Dari kiri, Raja Charles III, Putri Anne, Pangeran Andrew, Camilla Permaisuri dan Tim Laurence saat Ibadah Doa dan Refleksi untuk Kehidupan Ratu Elizabeth II di Katedral St Giles, Edinburgh, Senin, 12 September 2022.

Oleh : Esthi Maharani, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Ratu Elizabeth II meninggal dunia di kastil Balmoral, Skotlandia pada Kamis (8/9/2022) dalam usia 96 tahun. Pangeran Charles mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas kematian sang ibu.

"Kematian ibuku tercinta, Yang Mulia Ratu, adalah momen kesedihan terbesar bagi saya dan semua anggota keluarga saya," kata Charles yang kini naik takhta menjadi raja Inggris.

"Kami sangat berduka atas meninggalnya seorang Penguasa yang disayangi dan seorang ibu yang sangat dicintai. Saya tahu kehilangannya akan sangat dirasakan di seluruh negeri, dan Persemakmuran, dan oleh banyak orang di seluruh dunia," ujar Charles menambahkan.

Sepeninggal Ratu Elizabeth II, Charles pun diangkat menjadi raja dengan sebutan Raja Charles III. Namun, belum genap sepekan, Raja Charles III sudah harus menghadapi berbagai kritikan. Kontroversi pertamanya terjadi sehari setelah Ratu Elizabeth II meninggal atau pada Jumat (9/9/2022). Saat itu, Charles baru saja kembali ke London setelah mengurus kematian sang ibu di Skotlandia. Kembalinya Charles disambut warga bahkan lantunan God Save the King ikut menggema. Charles menghampiri warga yang mengerubungi Istana Buckingham. Lalu seorang perempuan mencium pipi sang raja baru.

Jennifer Assiminios mengatakan melihat Charles di hadapannya dan mengungkapkan kesedihannya atas kehilangan Ratu Elizabeth II. Ia meminta izin pada Charles untuk menciumnya. Charles pun memberikan izin. Warga biasanya tak bisa sembarangan menyentuh raja atau ratu, apalagi mencium mereka.

Tingkah laku Charles pun semakin disorot. Ketika menandatangani dokumen di prosesi proklamasi sebagai raja, Charles kesal karena sejumlah barang di meja tak kunjung dibereskan oleh petugas. Ia memerintah petugas untuk segera membersihkan meja. Sayangnya, instruksi tersebut dianggap merendahkan.  Alhasil, ia pun diolok-olok warga.

Terakhir, Charles kedapatan menggerutu ketika menandatangani buku tamu sebelum menghadiri prosesi penghormatan Ratu Elizabeth di Istana Hillsborough, Irlandia. Charles menggerutu karena noda tinta pena yang ia gunakan untuk tanda tangan menempel di tangannya.

Media CBS kemudian mengunggah video itu di akun Twitter resmi mereka. "Oh, Tuhan. Saya benci ini. Saya tidak tahan lagi dengan benda ini [pena]. Setiap waktu!" ujar Charles sembari mengelap tangannya dengan sapu tangan yang diambil dari saku jasnya.

Terlepas dari perilakunya yang sudah dikritik habis-habisan di masa awal kepemimpinannya, Charles memiliki segudang tantangan yang harus dihadapi mulai dari internal keluarga kerajaan hingga persemakmuran. Misalnya saja skandal kejahatan seksual yang dituduhkan pada adiknya sendiri yakni pangeran Andrew. Charles sekarang harus memutuskan bagaimana menghadapi adik laki-lakinya, yang masih resmi menjadi Duke of York, dan peran publik apa yang dapat dia mainkan di pemerintahan baru.

Tak hanya itu, hubungan antara Raja Charles, Pangeran William dan Pangeran Harry yang terbilang masih sulit dan rumit pun akan menjadi tantangan tersendiri. Meski begitu, Raja Charles dalam pidato pertamanya mengisyaratkan keinginan untuk mencairkan hubungan.

"Saya juga ingin mengungkapkan cinta saya kepada Harry dan Meghan karena yang membangun kehidupan mereka di luar negeri," katanya dalam pidatonya, Jumat (9/9/2022).

Sementara perihal persemakmuran, sedikitnya ada enam negara yang mempertimbangkan langkah untuk keluar dari persemakmuran. Saat ini, persemakmuran berisi 56 negara yang mayoritas bekas jajahan Inggris yang 14 di antaranya dipimpin oleh Raja Charles III walaupun secara simbolis. Negara tersebut antara lain Antigua dan Barbuda, Australia, The Bahamas, Belize, Kanada, Grenada, Jamaica, New Zealand, Papua New Guinea, Saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines, Solomon Islands, dan Tuvalu.

Sepeninggal Ratu Elizabeth II, ada enam negara yang mempertimbangkan untuk keluar dari persemakmuran. Pertama Antigua dan Barbuda yang mengatakan akan mengadakan referendum dalam tiga tahun ke depan dan menjadi negara republik. Kedua, Jamaika yang pada Maret 2022 sudah mengungkapkan keinginan untuk lepas dari persemakmuran. Jamaika meraih kemerdekaan pada Agustus 1962, tetapi masih tetap menjadi anggota persemakmuran.

Ketiga, Belize yang menyebut proses dekolonisasi sedang berkembang di wilayah Karibia. Negara tersebut mengungkapkan niat untuk lepas dari persemakmuran meskipun hal tersebut akan tergantung pada keputusan masyarakat. Keempat, Bahama yang juga mempertimbangkan referendum demi menjadi negara republic. Pangeran William bahkan mengatakan meski hubungan akan berubah, tetapi pertemanan tetap bertahan.

Kelima, Grenada yang ingin lepas dari persemakmuran. Negara tersebut menilai keluarga kerajaan telah kehilangan relevansi dan kepentingan mereka terhadap warga Grenada. Disebutkan, warga di sana tidak keberatan penghapusan ratu atau raja sebagai kepala negara. Keenam, Saint Kitts and Nevis juga berniat lepas dari Persemakmuran Inggris. Negara tersebut menilai perlu meninjau ulang hubungan mereka dengan monarki Inggris.

Di masa kepemimpinannya sebagai Raja Inggris yang baru, tugas-tugas besar sudah menanti. Raja Charles III tidak hanya berperan sebagai kepala negara tetapi juga kepala keluarga. Di satu sisi, Charles harus menjaga kebersamaan negara persemakmuran dan kerajaan dengan sebaik-baiknya serta memodernisasi monarki tanpa melampaui batas kekuasaan. Sementara di sisi lain, ia harus mencoba mendamaikan putra-putranya serta membereskan persolan internal keluarga kerajaan. Jangan lupa, tingkah lakunya, sekecil apapun, kini akan lebih disorot bahkan menjadi sasaran kritikan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement