Kamis 15 Sep 2022 15:27 WIB

Ephemeris Hisab Rukyat 2023 Beri Masyarakat Pedoman Waktu Shalat

Ephemeris ini data astronomi, database perjalanan matahari dan bulan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Gedung Kemenag
Foto: dok. Republika
Gedung Kemenag

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) saat ini tengah menyusun Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2023. Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Direktorat Urais Binsyar Kemenag, Ismail Fahmi, menyebut buku ini bisa dimanfaatkan oleh siapapun yang ingin mengetahui perhitungan jadwal shalat maupun penentuan awal bulan Hijriyah.

"Ephemeris ini data astronomi, database perjalanan matahari dan bulan. Ini digunakan untuk perhitungan jadwal shalat, arah kiblat, penentuan awal bulan Islam," ujar dia saat dihubungi Republika, Kamis (15/9/2022).

Baca Juga

Buku ephemeris hisab rukyat ini dikatakan akan diproduksi setiap tahunnya, agar menjadi panduan. Adapun target pembacanya adalah para pecinta ilmu falak secara pribadi, pesantren, univeritas, maupun khalayak umum yang ingin menggunakan data astronomi.

Dalam setiap produksi bukunya, Ismail menyebut akan selalu ada pembaruan atau revisi mengikuti perkembangan perhitungan maupun sistem yang nantinya digunakan. Buku ini pun dibuat bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Yang paling penting yang ingin kita sampaikan ke masyarakat adalah buku ini tentang penentuan awal bulan, untuk pelaksanaan rukyatul hilal," lanjutnya.

Nantinya, buku tersebut akan disebar ke seluruh Indonesia melalui kantor wilayah (kanwil) setiap provinsi. Selain dalam bentuk fisik, hal ini nantinya bisa diakses melalui dokumen digital yang diunggah di laman Direktorat Bimas Islam Kemenag.

Terkait penentuan awal bulan yang terkadang berbeda antara beberapa organisasi masyarakat (ormas) Islam di Indonesia, Ismail menyebut secara garis besar perhitungannya sudah sama. Namun, yang membedakan adalah kriteria dan pengambilan keputusan penentuan awal bulan.

Dengan sistem yang sudah kontemporer, ia menyampaikan hitungan awal bulan Hijriyah tidak mungkin berbeda. Sejauh ini, ormas Islam di Indonesia mayoritas sudah sepakat dan sama dalam penentuannya.

"Ini juga upaya kita memberikan informasi kepada masyarakat, bahwa pemerintah secara hisab sudah menggunakan perhitungan yang terkini atau kontemporer," kata Ismail

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement