Sabtu 17 Sep 2022 02:37 WIB

Menpan RB Sebut Lebih dari Sejuta Honorer dan Nakes Diangkat PPPK 2022

Pemerintah menyediakan kuota bago honorer dan nakes diangkat sebagai ASN.

Red: Agus raharjo
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas berbincang dengan warga saat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di Desa Pandansari, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/9/2022). Tim medis keliling desa yang dilaksanakan PDI Perjuangan memberikan pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian kacamata gratis tersebut selama 16 hari yang telah menjangkau 32 titik dan 7.000 warga di Kabupaten Bogor.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas berbincang dengan warga saat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di Desa Pandansari, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/9/2022). Tim medis keliling desa yang dilaksanakan PDI Perjuangan memberikan pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian kacamata gratis tersebut selama 16 hari yang telah menjangkau 32 titik dan 7.000 warga di Kabupaten Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Abdullah Azwar Anas menyebut lebih dari sejuta honorer dan tenaga kesehatan (nakes) diangkat pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) pada 2022.

"Tahun ini total pengangkatan 1.086.000. Sebanyak 983 ribu di antaranya di daerah," kata Azwar usai meninjau pengobatan gratis oleh DPC PDI Perjuangan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9/2022).

Baca Juga

Ia menyebut pengangkatan status guru honorer dan tenaga kesehatan menjadi prioritas sesuai program presiden. "Pendidikan dan kesehatan akan kita tuntaskan PPPK-nya," ucapnya.

Mantan bupati Banyuwangi itu juga mengatakan pemerintah setiap tahunnya menyediakan kuota bagi honorer dan tenaga kesehatan agar bisa diangkat sebagai ASN. Terutama di luar Pulau Jawa dan daerah terpencil.

Namun sayangnya, lanjut Azwar, setelah ditempatkan tak sedikit yang kemudian meminta untuk dipindahkan ke kota dan Pulau Jawa. Hal tersebut, lanjutnya, menyebabkan kekosongan formasi ASN di daerah-daerah.

Untuk itu ia menyebut bahwa yang menjadi perhatian utama sekarang ialah terkait pemerataan sumber daya manusia (SDM). "Akhirnya apa? Formasi di desa-desa di luar Jawa enggak ada ASN-nya, padahal setiap tahun presiden memberikan formasi untuk itu. Jadi problemnya ternyata bukan hanya kekurangan SDM tapi pemerataan," ujarnya.

Ia mengatakan pihaknya dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) ke depannya berencana menerapkan sistem penguncian selama rentang waktu tertentu agar ASN yang diangkat tidak dulu pindah kota. Hal tersebut, ujarnya lagi, agar formasi ASN di desa dan luar Pulau Jawa tidak hanya dijadikan tempat untuk mendapatkan formasi belaka.

"Pemerataan ini kita siapkan dalam seminggu, dua minggu ini, untuk kita kunci sehingga mereka yang ikut tes ASN yang akan datang untuk waktu tertentu dia tidak bisa pindah ke kota atau ke Jawa supaya mengabdi dulu di desa-desa itu.

Ia menilai bila pola demikian terus menerus dibiarkan, maka berapa pun presiden memberikan kuota formasi ASN tidak akan pernah mencukupi karena di daerah akan selalu terjadi kekosongan.

"Kalau ini yang terjadi, di desa tidak akan dapat layanan kesehatan yang bagus dan tidak akan mendapatkan guru-guru pendidikan yang bagus, dan presiden minta pemerataan ini ditingkatkan dan dijaga," kata Azwar.

Ia kemudian menambahkan adanya formasi khusus ketika pemerintah merekrut ASN di Papua. Formasi khusus, ujarnya lagi, perlu diterapkan agar tidak terjadi kekosongan saat pemerintah merekrut ASN di Papua. "Maka tahun ini kami membuat kebijakan untuk ASN di Papua 80 persen diisi orang Papua, 20 persen dari luar. Karena kalau banyak diisi dari luar, nanti pindah lagi, (ASN) Papua-nya kosong," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement