Sabtu 17 Sep 2022 10:04 WIB

Dudung dan Effendi Simbolon: Dulu Berkawan, Sempat Bermusuhan, Kini Saling Memaafkan

Viral foto KSAD Jenderal Dudung dan Effendi berangkulan akrab seperti sahabat dekat.

Rep: Erik PP/Nawir Arsyad Akbar/Rizky Suryarandika/ Red: Erik Purnama Putra
KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon.
Foto: Istimewa
KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah perseteruan antara KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon, kini muncul foto yang menunjukkan keakraban keduanya. Foto Dudung dan Effendi saling berangkulan dan tersenyum beredar di lini masa Twitter dan grup Whatsapp. Keduanya terlihat akrab seperti kawan dekat.

Sebelum keduanya terlibat perselisihan di publik, keduanya memang sangat akrab. Ketika Dudung meluncurkan buku berjudul 'Dudung Abdurachman Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi' di sebuah hotel mewah di Kuningan, Jakarta Selatan pada 29 Januari 2022,

Effendi ikut hadir di lokasi. Bahkan, Dudung menyerahkan salah satu buku kepada politikus PDIP tersebut. Republika yang hadir di lokasi, menyaksikan sendiri keduanya berbincang tanpa ada sekat. Bahkan, saat acara berakhir, Dudung dan Effendi berjalan bersama ke mobil.

Jauh sebelum momen itu, ketika Dudung masih menjabat Panglima Kostrad, Effendi termasuk salah satu anggota Komisi I DPR yang mendukung Dudung dilantik sebagai KSAD menggantikan Jenderal Andika Perkasa.

Sebelumnya, awal mula 'konflik' yang melibatkan eks Pangdam Jaya dengan politikus PDIP itu bermula dari rapat dengar pendapat yang dihadiri Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, KSAL Laksamana Yudo Margono, dan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (5/9/2022). Adapun KSAD Dudung Abdurachman tidak hadir dan diwakilan Wakil KSAD Letjen Agus Subiyanto.

Dalam momen itu, Effendi menyinggung TNI layaknya gerombolan karena kelakuannya mirip dengan organisasi masyarakat (ormas). Dia prihatian atas informasi yang didapat lantaran hubungan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman tidak harmonis. Bahkan, Effendi menyebut, adanya ketidakpatuhan hingga pembangkangan di tubuh TNI. Dia mengaku, setiap kehadiran Andika di sebuah acara maka Dudung tidak ada.

Effendi juga menyoroti anak Dudung yang gagal lulus Akademi Militer (Akmil), namun karena KSAD melawan akhirnya sekarang harus diloloskan. "Ini TNI kaya gerombolan ini. Lebih-lebih ormas, jadinya tidak ada kepatuhan," kata Effendi dalam RDP.

Beberapa hari kemudian, muncul beragam video kemarahan prajurit TNI AD, mulai tamtama, bintara, hingga perwira, yang tidak terima dengan ucapan Effendi. Rata-rata, personel TNI AD dari berbagai daerah se-Indonesia itu menuntut Effendi untuk meminta maaf, karena menyamakan TNI AD dengan gerombolan ormas.

"Hei Effendi Simbolon, apa maksud saudara mengatakan TNI seperti gerombolan lebih-lebih dari ormas, kami tidak terima. Jangan adu domba TNI, TNI tetap solid. Kami dukung bersenjata, bravo TNI," kata belasan prajurit TNI tersebut dengan nada mengancam.

Mereka bahkan siap mendatangi rumah Effendi jika yang bersangkutan tidak segera meminta maaf. H"ei kau Effendi Simbolon, anggota Dewan Komisi I DPR, saya Kopral, saya tidak terima, TNI dibilang seperti gerombolan. Saya minta kamu segera minta maaf secara terbuka kepada TNI. Kalau kau tidak minta maaf, sampai di mana pun kamu akan saya cari sampai di ujung dunia. Nih Kopral Dua Arif," kata Kopda Arif.

Usut punya usut, ternyata video kemarahan personel TNI AD itu dibuat atas perintah Dudung. Instruksi Dudung itu yang terekam dalam video bocor ke publik. Mantan Gubernur Akmil itu memerintahkan seluruh prajurit TNI AD bergerak melakukan protes kepada Effendi. "Kita jadi petarung, jadi jagoan. Jangan jadi ayam sayur. Saya lihat itu diam semua. Nanti lihat tanggal 26, saya buktikan pada kalian…" kata Dudung mengancam kepada prajuritnya hanya hanya diam saja TNI disamakan seperti ormas.

Sontak saja, karena semakin banyak video ancaman personel TNI AD kepada Effendi, Fraksi PDIP DPR berinisiatif menggelar konferensi pers di ruang Fraksi PDIP DPR Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/9/2022). Didampingi Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto, Efendi menyampaikan permintaan maaf atas pernyataannya, yang menyebut TNI layaknya gerombolan ormas. Dia mengaku, sudah mengirim permintaan maaf langsung kepada Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung.

Hanya saja, nada positif datang dari Andika. Dudung tidak merespon sama sekali. "Pak Panglima katakan tidak ada masalah, sangat clear. Silakan teman-tekan tanya langsung elok ke yang bersangkutan. Pak Dudung belum respons, saya tanggung jawab atas saya sampaikan," ujar Effendi.

Sehari kemudian, Effendi mengaku, mendapatkan teror pembunuhan dari orang tidak dikenal. Ponsel miliknya dan keluarga terus berdering sepanjang 24 jam. Permintaan maaf yang disampaikan sebelumnya tidak menghentikan dampak negatif yang diterimanya. Dia menyampaikan itu saat disidang lantaran dilaporkan beberapa pihak terkait masalah tudingan menyamakan TNI dengan ormas.

"Ya, ya ancaman nyawa, semua (anggota keluarga), ada di handphone saya, ada semua, saya profiling semua, pada waktunya saya buka, nanti," kata Effendi usai menjalani sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (15/9/2022).

Pada hari yang sama, Dudung menggelar konferensi pers khusus menyikapi kemarahan prajurit TNI AD di lapangan kepada Effendi. Dia menganggap, tindakan Effendi itu seperti manusia pada umumnya yang yang kadang khilaf. Dia menegaskan, secara pribadi dan institusi sudah memaafkan Effendi.

"Toh Tuhan maha pemaaf masa manusia tidak memaafkan, kami juga memaafkan manusia tidak terlepas dari kekhilafan, kesalahan ya itulah pada dasarnya manusia tidak sempurna," kata Dudung dalam konferensi pers di Mabesad, Jakarta Pusat, Kamis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement