Selasa 20 Sep 2022 17:35 WIB

Prancis dan Uni Eropa: Tidak Ada Tawaran yang Lebih Baik untuk Iran

Prancis mengatakan tak ada tawaran yang lebih baik untuk Iran dalam perundingan JCPOA

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Matahari terbenam di belakang Palais Coburg di mana pembicaraan nuklir tertutup berlangsung di Wina, Austria, Jumat, 5 Agustus 2022. Putaran baru pembicaraan tentang kebangkitan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) dimulai di Wina pada Kamis.
Foto: AP Photo/Florian Schroetter
Matahari terbenam di belakang Palais Coburg di mana pembicaraan nuklir tertutup berlangsung di Wina, Austria, Jumat, 5 Agustus 2022. Putaran baru pembicaraan tentang kebangkitan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) dimulai di Wina pada Kamis.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Prancis mengatakan tidak ada tawaran yang lebih baik untuk Iran dalam perundingan mengaktifkan kembali perjanjian nuklir 2015 dan kini tergantung pada keputusan Teheran. Sementara Uni Eropa mengatakan kecil kemungkinannya perundingan menghasilkan kemajuan pada pekan ini.  

Bulan lalu Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan Teheran membutuhkan jaminan yang lebih kuat dari Washington untuk mengaktifkan kembali Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Iran juga mendesak lembaga pemantau nuklir mencabut "penyelidikan bermotif politik" pada program nuklir Teheran.

Baca Juga

"Tidak akan ada tawaran yang lebih baik dan ini tergantung Iran untuk mengambil keputusan yang tepat," kata Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna di sela Majelis Umum PBB di New York, Selasa (20/9/2022).

Ia menambahkan tidak ada inisiatif yang dilakukan untuk menghalangi situasinya. Pernyataan Colonna sesuai dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Josep Borrell yang mengatakan ia tidak melihat prospek kemajuan dalam perundingan mengaktifkan kembali JCPOA pada pekan ini.

"Sudah ada proposal dari koordinator (Uni Eropa) di atas meja perundingan dan akan masih ada di atas meja, saya tidak melihat solusi yang lebih baik dan tidak akan batal demi hukum," katanya.

Para diplomat Barat telah mengatakan saat ini belum ada negosiasi yang dilakukan dan tampaknya tidak akan ada terobosan sampai pemilihan umum sela Amerika Serikat (AS) bulan November mendatang. Diplomat Barat menuduh Iran berjalan mundur dalam perundingan, tuduhan yang Teheran bantah.

"Terdapat indikasi IAEA berniat untuk menutup kasus pada tiga lokasi," kata kepala nuklir Iran Mohammad Eslami seperti dikutip media pemerintah Iran.

"Kami berharap mereka akan jujur dan tidak akan membuang waktu lebih lama untuk menekan Iran," katanya.

Eropa bersikeras Iran harus memberikan jawaban yang kredibel atas pertanyaan IAEA. Sebab mereka khawatir bila masalah ini ditutupi maka akan memperlemah Perjanjian Proliferasi Nuklir, kerangka kerja yang mencegah negara untuk menciptakan senjata nuklir.

Colonna mengatakan AS dan mitra-mitranya di Eropa memiliki posisi yang sama mengenai penyelidikan IAEA. Pernyataan Borrell memicu respon dari perwakilan Rusia dalam perundingan itu Mikhail Ulyanov.

"Upaya untuk menyalahkan #Iran itu tidak adil, perundingan terlalu tergantung pada jadwal politik domestik peserta yang lain," katanya merujuk pemilihan sela AS.

Presiden Iran Ebrahim Raisi yang akan menyampaikan pidato di Majelis Umum PBB, Rabu (21/9) mengatakan Iran akan serius mengaktifkan kembali JCPOA. Bila AS menjamin tidak akan keluar lagi dari perjanjian itu seperti yang dilakukan mantan Presiden Donald Trump.

AS sudah menawarkan jaminan selama 2,5 tahun lagi tapi tidak bisa lebih dari itu. Sumber yang dekat dengan tim negosiasi nuklir Iran mengatakan Teheran tidak tertarik untuk mengaktifkan kembali JCPOA hanya dalam dua tahun.

"Program nuklir kami meningkat setiap hari dan waktunya berada di pihak kami, biarkan mereka mengkhawatirkannya," kata sumber tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement