Selasa 20 Sep 2022 23:12 WIB

Peneliti Uji Potensi Ekstrak Bawang Hitam Sebagai Antijerawat

Bawang hitam punya senyawa aktif antibakteri lebih tinggi dibanding bawang putih.

Red: Qommarria Rostanti
Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak menguji potensi ekstrak bawang hitam tunggal. Tujuannya, untuk menghambat pertumbuhan patogen penyebab jerawat yakni Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphyllococcus epidermidis. (ilustrasi)
Foto: blackgarlic.sg
Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak menguji potensi ekstrak bawang hitam tunggal. Tujuannya, untuk menghambat pertumbuhan patogen penyebab jerawat yakni Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphyllococcus epidermidis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak menguji potensi ekstrak bawang hitam tunggal. Tujuannya, untuk menghambat pertumbuhan patogen penyebab jerawat yakni Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphyllococcus epidermidis.

Ketua peneliti dr Ambar Rialitadalam pengumuman tim pemenang program "Hair and Skin Research Grant 2022" di Jakarta, Selasa (20/9/2022), mengatakan bawang hitam diketahui mengandung senyawa aktif antibakteri yang lebih tinggi dibanding bawang putih segar.

Baca Juga

Senyawa aktif ini yakni allicin dan S-allyl cysteine (SAC) yang diketahui memiliki sifat antibakteri, untuk melawan bakteri berdinding sel tebal (bakteri Gram positif) maupun bakteri dengan dinding sel yang lebih tipis (Gram negatif). "Karena allicin memang karena proses fermentasi akan berkurang. Tetapi meningkat semua kandungan yang ada di bawang hitam itu, termasuk SAC sehingga fungsi dari SAC membantu penyerapan dari allicin. Otomatis kalau penyerapan banyak, efek antibakteri juga lebih optimal," kata Ambar.

Dia mengatakan, pembuatan bawang hitam dilakukan dengan menginkubasi bawang putih siung tunggal pada suhu 70 derajat Celcius dengan kelembapan 80-90 persen selama 21 hari. "Kita in-vitro dulu bukan ke manusia atau hewan, masih laboratorium. Setelah kita lakukan fermentasi menjadi bawang hitam kemudian akan kita lakukan ekstraksi," kata Ambar.

Jerawat merupakan salah satu permasalahan pada kulit yang paling banyak terjadi, paling banyak dialami oleh perempuan maupun laki-laki. Pengobatan untuk mengontrol gejala dan tingkat keparahan jerawat terbilang tidak mudah karena resistensinya terhadap antibakteri, seperti antibiotik dari golongan linkosamide.

Dia berharap penggunaan bawang hitam dapat memaksimalkan efek antibakteri. Selain antibakteri, sambung dia, bawang hitam juga mungkin memiliki fungsi antijamur dan antioksidan namun ini memerlukan penelitian lanjutan.

"Jadi nanti dalam bentuk salep, oles, masker, itu nanti kita lakukan penelitian lanjutan," ujar Ambar.

Dia menambahkan, bawang hitam terasa lebih enak, lebih empuk serta rasa dan aromanya tak terlalu terasa ketimbang bawang putih. Bawang hasil fermentasi ini dapat dimakan langsung.

"Kenyal-kenyal kayak agar-agar atau kalau mau dicincang-cincang dimasukin ke makanan juga bisa," demikian kata dia.

Penelitian Ambar dan tim menjadi salah satu dari lima tim pemenang program filantropi yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan kelamin Indonesia (PERDOSKI) bekerja sama dengan Universitas Indonesia dan L'Oral. Ketua Umum PERDOSKI Dr. dr. M. Yulianto Listiawan, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV mengatakan, menerima 29 proposal penelitian pada program tahun ini. Dewan juri menentukan pemenang dengan kriteria value and significance, scientific quality, originality, dan feasibility.

"Kami harapkan hasil akhir dari program ini dapat memberikan sumbangsih nyata dalam peningkatan kualitas perawatan rambut dan kulit yang dihadapi masyarakat sehari-harinya di Indonesia dan seluruh dunia," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement