Jumat 23 Sep 2022 14:05 WIB

Soekarno Boikot Israel, Kok Bisa Pejabat Senior Indonesia Dikabarkan Bertemu Presiden Isaac Herzog

Bung Karno sangat gigih membela perjuangan rakyat Palestina.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
Soekarno Boikot Israel. Presiden pertama RI, Ir Soekarno menentang penjajahan Israel kepada bangsa Palestina. Foto; IST.
Soekarno Boikot Israel. Presiden pertama RI, Ir Soekarno menentang penjajahan Israel kepada bangsa Palestina. Foto; IST.

Soekarno Boikot Israel. Presiden pertama RI, Ir<a href= Soekarno menentang penjajahan Israel kepada bangsa Palestina. Foto; IST." />
Soekarno Boikot Israel. Presiden pertama RI, Ir Soekarno menentang penjajahan Israel kepada bangsa Palestina. Foto; IST.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Seorang pejabat pemerintahan Indonesia dilaporkan melakukan kunjungan rahasia ke Israel dan bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Seperti diungkapkan media lokal Israel, i24NEWS, Selasa (20/9/2022), identitas pejabat senior yang tidak disebutkan namanya itu melakukan pertemuan sebagai bagian upaya menormalisasi hubungan dengan Israel, di mana Amerika Serikat sebagai mediatornya.

Meski demikian, kabar itu dibantah Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI. Bantahan itu disampaikan Juru Bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, melalui keterangan tertulis, Kamis (22/9/2022).

BACA JUGA: Jagal Kambing Keturunan Hadramaut di Pekojan

Seperti diberitakan Republika.co.id, Faizasyah menegaskan, Kemenlu sebagai pengampu kebijakan luar negeri Indonesia tidak pernah melakukan langkah-langkah yang mengarah ke normalisasi hubungan, seperti yang dilaporkan media Israel tersebut. “Posisi Indonesia tidak berubah, bahwa yang kita dahulukan adalah satu penyelesaian damai antara Palestina dan Israel yang berangkat dari Solusi Dua Negara yaitu untuk berdamai dengan batas-batas wilayah yang jelas,” kata Faizasyah.

Bicara soal Israel, Indonesia memang memiliki hubungan erat dengan negeri penjajah tersebut. Sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, Indonesia hingga hari ini tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi dengan Israel, menyusul keberpihakan kepada Palestina.

BACA JUGA: Akal Bulus Kompeni Rebut Kampung Lebak Bulus dari Pribumi

Ditutupnya keran hubungan diplomatik dengan Israel itu dimulai sejak masa Bung Karno. Presiden pertama RI itu dikenal selalu membela perjuangan bangsa-bangsa tertindas dan sangat gigih membela perjuangan rakyat Palestina.

Bahkan, pada 1962 ketika di Jakarta diselenggarakan Asian Games ia menolak kehadiran kontingen Israel. Jakarta terpaksa harus menghadapi konsekuensi dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang menarik diri sebagai pelindung AG IV. Bahkan, IOC melarang benderanya dikibarkan di Jakarta. Puncaknya, Indonesia keluar IOC. Setahun kemudian, Indonesia menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forces) di Jakarta, yang sukses besar dan dihadiri 48 negara.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp Versi Terbaru untuk HP Android: Cepat, Mudah, dan Banyak Fitur Melimpah

Sebelumnya (1957), ketika kesebelasan PSSI lolos di zona Asia dan tinggal menghadapi Israel untuk ikut ke Piala Dunia, Indonesia menolak untuk main di Jakarta atau di Tel Aviv. Indonesia hanya mau bermain di tempat netral, tanpa lagu kebangsaan, namun FIFA menolak usul RI.

Akibatnya Indonesia gagal melangkah ke Piala Dunia 1958 yang sudah di depan mata. Ketika Indonesia keluar dari PBB pada 7 Januari 1964, salah satu alasan Bung Karno adalah, “Dengan menguntungkan Israel dan merugikan negara Arab (termasuk Palestina), PBB nyata-nyata menguntungkan imperialisme dan merugikan kemerdekaan bangsa-bangsa.” Bung Karno yang menuduh PBB merupakan kepanjangan tangan AS dan sekutunya, menamakan PBB lebih jelek dari mimbar omong kosong.

BACA JUGA: Asal Usul Karet Tengsin dan Kebun Sirih: Tempat Healing Nyonya Belanda di Belakang Istana


Soekarno Boikot Israel. Presiden pertama RI, Ir Soekarno menentang penjajahan Israel kepada bangsa Palestina. Foto; IST.
Soekarno Boikot Israel. Presiden pertama RI, Ir Soekarno menentang penjajahan Israel kepada bangsa Palestina. Foto; IST.

Apa yang dikemukakan Bung Karno kini jadi kenyataan. Ketika terjadi agresi Israel ke Palestina terus menerus dilakukan, PBB hanya menyerukan agar Israel menarik diri dari wilayah Palestina. Bahkan, seruan itu kerap tidak digubris Israel, PBB bungkam seribu bahasa.

Badan dunia ini bukan saja memberikan dukungan kepada AS untuk menyerang Irak, malah melakukan embargo ekonomi dan perdagangan terhadap Irak sejak 1991. Tanpa mempedulikan akibat embargonya ini, ratusan ribu warga Irak termasuk anak-anak meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Seperti juga di Irak, PBB tidak peduli ketika pasukan-pasukan AS atas restunya menyerang Afghanistan, banyak warga sipil tidak berdosa yang jadi korban.

BACA JUGA: Kebayoran Wilayah Penimbunan Kayu yang Gagal Dijadikan Bandara Internasional karena Perang Dunia II

Dewasa ini, AS dalam upaya yang mereka sebut memerangi teroris, tidak segan-segan menghukum negara-negara yang tidak disenanginya. Bung Karno sendiri telah mengkonstatasi adanya ancaman semacam ini.

“Kaum imperialis,” kata Bung Karno, “paling suka menyebut dirinya ‘beradab’. Mereka paling suka menganggap kita-kita ini ‘biadab’, sehingga mereka harus datang dengan pasukan-pasukannya untuk mengajarkan ‘peradaban’ kepada kita. Dalam mengajarkan ‘peradabatan’ kepada kita, mereka tidak sayang harta dan tidak sayang benda."

BACA JUGA: Profil Dedi Mulyadi, Anggota DPR yang Digugat Cerai Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika

"Dan jika kita ‘membandel’ maka dibomnya kita: di bomnya Maluku, Kamboja, Laos, dan Kuba. Pada saat ini, rupanya yang paling ‘membandel’ bangsa Vietnam. Sehingga bangsa ini setiap hari, setiap menit, dan setiap detik dihujani bom oleh pembawa ‘misi suci’ dari Washington. Kalau ‘misi suci’ itu gagal total, sudah tentu yang salah, katanya, ya kaum ‘biadab’ itu."

Menurut Bung Karno, “Kaum imperialis tidak akan pernah memperkenankan kemerdekaan tipe Sukarno, Norodom Sihanouk (Kamboja), Mao Tse Tung (RRC), Boumedienne (Aljazair), Jamal Abdel Nasser (Mesir), dan Nkrumah (Ghana).” Mereka hanya ‘merestui kemerdekaan’ orang-orang yang bisa diatur dan mau menjadi anteknya. Apa yang dinyatakan Bung Karno itu, setidak-tidaknya terlihat dari upaya AS dan Inggris untuk menjatuhkan Presiden Saddam Hussein.

BACA JUGA: Senja di Batavia tak Kalah Indah dari Belanda

Tidak peduli rakyat Irak masih menyenanginya. Bahkan, Presiden Bush menyebut Iran, Irak, dan Korea Utara karena tidak mau tunduk dengan AS, sebagai poros kejahatan yang harus diperangi.

Mengenai politik ‘persetan dengan bantuan Amerika Serikat’ (go to hell with your aid), yang sering dikumandangkan Bung Karno, seperti yang dijelaskannya sendiri, bukan berarti Indonesia menolak bantuan AS.Tapi ia tidak mau kalau bantuan itu disertai syarat-syarat hingga AS dapat mendikte Indonesia. Apa yang dikemukakan Bung Karno itu, kini jadi kenyataan.

BACA JUGA: SnapTik, Download Gratis Video TikTok tanpa Watermark: Mudah, Aman, Cepat

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Ruwatan, Tradisi Masyarakat Jawa untuk Bebaskan Manusia dari Dosa

> Download Lagu MP3 dari YouTube Pakai YouTube Premium: Mudah, Cepat, dan Legal

> Download Minecraft PE 1.19.11 Paling Baru di Sini: Legal, Aman, dan Cepat

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu MP3 dan MP4, Cukup Ketik Judul Lalu Save di HP

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

> Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice Lalu Simpan di HP: Cepat dan Mudah

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement