Selasa 27 Sep 2022 03:25 WIB

Tradisi Maulid Nabi di Majelis Habib Kwitang Bertahan Selama Hampir Satu Abad

Nasi Kebuli jadi hidangan pelengkap perayaan Maulid Nabi di Majelis Habib Kwitang.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
Soekarno bersendau gurau dengan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsy (Habib Kwitang) serta sejumlah habaib. Foto: IST.
Soekarno bersendau gurau dengan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsy (Habib Kwitang) serta sejumlah habaib. Foto: IST.

Soekarno bersendau gurau dengan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsy (Habib Kwitang) serta sejumlah habaib. Foto: IST.
Soekarno bersendau gurau dengan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsy (Habib Kwitang) serta sejumlah habaib. Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Maulid Nabi Muhammad sebentar lagi. Umat Islam di Indonesia mayoritas merayakan Maulid Nabi sebagai bentuk kegembiraan.

Di Indonesia maulid diperingati sampai dua bulan kemudian. Salah satu acara Maulid Nabi yang paling meriah adalah yang diadakan di Majelis Taklim Habib Ali Kwitang, Jakarta Pusat.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Teroris Sudah tak Ada karena Semua Teroris Sudah Jadi Menteri

Bukan saja karena banyaknya pengunjung, tapi sudah berlangsung selama 93 tahun tanpa henti. Maulid Nabi di majelis itu berlangsung tiap Kamis terakhir bulan Rabiulawal.

Maulid Nabi di Kwitang dimulai pada masa Habib Ali Alhabsyi, ulama kelahiran Kwitang tahun 1869, yang meninggal pada 1968 dalam usia 99 tahun Masehi atau 103 tahun Hijriah. Diselenggarakan di kediamannya yang sekaligus tempat kelahirannya.

BACA JUGA: Cerita Penggusuran Makam-Makam Keramat di Jakarta, Dibongkar Ternyata Isinya Kosong

Habib Ali telah menyelenggarakan 51 kali peringatan Maulid Nabi. Setelah Habib meninggal, tradisi itu dilanjutkan putranya, Habib Muhammad Alhabsyi, sebanyak 26 kali. Kemudian, diteruskan oleh cucunya, Habib Abdurahman Alhabsyi, sejak 1994 hingga sekarang (sudah 16 tahun).


Nasi Kebuli di Maulid Nabi. Foto: Republika.
Nasi Kebuli di Maulid Nabi. Foto: Republika.

Pada 17 Oktober 1971, Presiden Soeharto menjadikan majelis taklim tersebut sebagai Islamic Centre Indonesia (ICI). Pak Harto dalam sebuah akte ICI minta agar peringatan Maulid Nabi pada Kamis akhir bulan Rabiulawal harus terus dilaksanakan setahun sekali oleh penggantinya bila Habib Muhammad meninggal dunia. Habib Abdurahman, yang memimpin Majelis Taklim Kwitang sejak 1993, adalah generasi ketiga.

Ada yang khas pada peringatan Maulid Nabi di Kwitang, berupa hidangan beratus-ratus nampan nasi kebuli. Tiap nampan untuk lima atau enam orang. Mereka makan bersama dari satu nampan tanpa piring. Tidak diketahui apakah ini mencontoh kebiasaan di Hadramaut.

BACA JUGA: Viral karena Somasi Pelanggan, Es Teh Indonesia Ternyata Bukan Milik Nagita Slavina

Menurut Habib Abdurahman, hidangan nasi kebuli pada peringatan Maulid Nabi telah dirintis sejak masa kakeknya. Dia memuji kelezatan kebuli Kwitang, yang tidak ada duanya, bukan hanya di Jakarta tapi di Indonesia.

”Kunci kelezatannya ada pada minyak samin yang saya olah sendiri yang tidak kalah dengan samin dari Arab dan Hyderabad India,” katanya.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kalau Punya Duit Saya Mending Dagang Rambutan daripada Bikin Bank Islam

Nasi kebuli Kwitang, menurut Habib Abdurahman, untuk bumbunya saja dia mencampur 29 macam rempah. Meskipun nasi kebuli Kwitang paling top, tapi tidak dikomersilkan.

Ketika ditanya tentang nasi kebuli yang diberi daging kambing sarat kolesterol, Habib menyatakan, para pengunjung Maulid Nabi di Kwitang meyakini sebagai Maulid yang qabul. Karenanya, mereka menganggap menikmati nasi kebuli itu ‘untuk mendapatkan berkah’. Hampir semua pengunjung tidak khawatir pada kolesterolnya.

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement