Selasa 27 Sep 2022 14:54 WIB

Badan Pangan Genjot Penyerapan Ayam Hidup Hingga Harga Stabil

Penyerapan ini bertujuan untuk mengembalikan harga ayam hidup ke harga wajar

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Badan Pangan Nasional (NFA) menyampaikan, upaya stabilisasi harga live ayam hidup di tingkat peternak terus digenjot melalui aksi penyerapan.
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Badan Pangan Nasional (NFA) menyampaikan, upaya stabilisasi harga live ayam hidup di tingkat peternak terus digenjot melalui aksi penyerapan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) menyampaikan, upaya stabilisasi harga live ayam hidup di tingkat peternak terus digenjot melalui aksi penyerapan dengan melibatkan lebih banyak perusahaan perunggasan nasional.

Hingga kini, sebanyak lima perusahaan unggas nasional telah melakukan penyerapan sebanyak 15.490 ekor ayam hidup atau sekitar 26 ribu kilogram (kg) dari peternak mandiri skala mikro dan kecil di sejumlah lokasi.

Upaya peningkatan penyerapan ayam hidup sesuai kesepakatan dalam Rakor Ekosistem Perunggasan NFA bersama kementerian terkait, asosiasi, koperasi peternak, BUMN, dan pelaku usaha perunggasan lainnya pada 20-21 September 2022.

Rakor tersebut menyepakati langkah penyerapan ayam hidup melalui Nota Kesepahaman Penyerapan Live Bird yang ditandatangani asosiasi, 10 perusahaan BUMN dan swasta.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, mengatakan penyerapan ini bertujuan untuk mengembalikan harga ayam hidup ke harga wajar sesuai dengan Harga Acuan Pemnbelian/Penjualan (HAP) yang telah disepakati yakni sebesar Rp 21 ribu - Rp 23 ribu per kg. Sebab, selama September, ayam hidup sempat anjlok hingga Rp 15 ribu/kg.

“Aksi ini juga sebagai bentuk komitmen perusahaan integrator dalam melakukan penyerapan ayam hidup milik peternak mandiri mikro dan kecil," ujarnya dalam keterangan resmi diterima Republika.co.id, Selasa (27/9/2022).

Berdasarkan catatan Badan Pangan, sebanyak lima perusahaan yang telah melakukan aksi penyerapan adalah PT Charoen Pokphand Indonesia sebanyak 7.840 ekor atau 12 ribu kg, PT Malindo Feedmill sebanyak 2.560 ekor atau 5 ribu kg, PT Super Unggas Jaya sebanyak 1.428 ekor atau 3 ribu kg, PT New Hope Indonesia sebanyak 1.742 ekor atau 3 ribu kg, dan PT Japfa Comfeed sebanyak 1.920 ekor atau 3 ribu kg.

Arief menjelaskan, proses ini dilakukan secara business to business (B2B) sehingga langsung antara peternak/koperasi dengan perusahaan. NFA menjadi fasilitator atau penghubung, agar proses penyerapan hasil ternak dilakukan secara efektif di titik yang tepat.

“Dalam hal ini, penyerapan kami fokuskan para peternak mandiri mikro dan kecil yang mengalami kesulitan jual akibat harga jatuh. Untuk data lokasi peternak, kami telah bekerja sama dengan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia dan Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional),” ujarnya.

Arief mengatakan, jatuhnya harga ayam hidup turut dipengaruhi surplusnya stok ayam hidup nasional saat ini. Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional, sampai dengan akhir September 2022, stok daging ayam ras kita surplus sekitar 602 ribu ton.

Meski demikian, Arief menegaskan, seharusnya dalam kondisi apapun, baik surplus maupun defisit, peternak mendapatkan HAP yang wajar dan stabil.

Sebab, stabilitas dan kewajaran harga akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan semangat para peternak unggas mandiri mikro dan kecil dalam menjalankan usaha peternakan.

Ia menegaskan, aksi penyerapan tersebut akan terus dilakukan sampai harga ayam hidup di tingkat peternak kembali stabil. “Volume minimum penyerapan rata-rata 1-3 truk per hari untuk tahap awal. Untuk Japfa 18 truk di tahap awal. Selain itu, waktu dan lokasi penyerapan juga telah disepakati bersama sesuai nota kesepahaman,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement