Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

Momentum Pendidikan Non Formal

Eduaksi | Wednesday, 28 Sep 2022, 13:46 WIB

 

Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Pendiri Ekselensia Tahfizh School Dompet Dhuafa)

Ketika penulis menginisiasi Ekselensia Tahfizh School, model pendidikan non formal setingkat SMA berbasis wakaf pada Juli 2018 silam, tidak sedikit para pihak yang meragukan Ekselensia Tahfizh School bisa berkembang dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan sekolah formal.

Seiring waktu berjalan keraguan itu terbantahkan. Pada pertengahan Juli 2021 lalu, Ekselensia Tahfizh School meluluskan angkatan pertamanya, yang merupakan anak-anak dhuafa, dengan capaian seratus persen lulus seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).

Pada pertengahan Juli 2022 kemarin Ekselensia Tahfizh School meluluskan angkatan kedua dengan capaian semua santri diterima di PTN dan PTKIN kecuali satu santri saja yang belum lulus seleksi. Capaian ini menjadi bukti sahih sekolah non formal mampu bersaing dengan sekolah formal. Pada tahun ajaran mendatang Ekselensia Tahfizh School menargetkan lulusannya menembus kampus luar negeri, baik Timur Tengah, Asia, maupun Eropa.

Capaian di atas juga menjadi bukti tidak ada kendala bagi lulusan sekolah non formal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Mereka sama status dan haknya dengan murid dari sekolah formal untuk bersaing pada jalur masuk seleksi PTN dan PTKIN, bahkan perguruan tinggi luar negeri.

Keunggulan Pendidikan Non Formal

Pendidikan sejatinya bukan tentang status formal atau non formal, melainkan tentang kualitas kurikulum dan proses dalam mendidik murid. Juga tentang jati diri para guru yang berjiwa pendidik dengan kualifikasi unggul. Inilah dua aspek penting penopang keberhasilan pendidikan.

Ketika sekolah non formal dikelola dengan spirit keikhlasan dan prinsip profesionalisme, bisa jadi mampu berkembang lebih baik daripada sekolah formal. Model sekolah non formal yang mandiri sebagai sebuah satuan pendidikan memberikan ruang leluasa untuk mendisain model pendidikan terbaik yang dibutuhkan masyarakat.

Dalam hal ini, setidaknya ada empat keunggulan sekolah non formal. Pertama, kemandirian mendisain kurikulum. Kurikulum merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai output pendidikan yang ditargetkan pada sebuah satuan pendidikan. Karena itu, kualitas kurikulum sangat menentukan ketercapaian output pendidikan.

Sebagai satuan pendidikan, sekolah non formal mandiri dalam mendisain kurikulum yang diimplementasikan dalam pembelajaran. Dalam konteks ini, kemunculan kurikulum merdeka memberikan momentum bagi sekolah non formal untuk semakin menguatkan disain kurikulum yang menjadi keunggulannya.

Dalam framework kurikulum merdeka, sebagaimana yang penulis ikuti dalam proses seleksi sebagai calon Fasilitator Sekolah Penggerak, kurikulum operasional satuan pendidikan bersifat fleksibel dan dinamis serta menjadi otonomi pada setiap satuan pendidikan. Termasuk perangkat ajar dikembangkan secara mandiri oleh setiap satuan pendidikan.

Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbudristek, hanya menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum merdeka. Artinya, pemerintah mendorong setiap satuan pendidikan mengembangkan kurikulum operasional yang khas dan unggul sesuai potensi masing-masing. Suatu hal yang sudah biasa dilakukan sekolah non formal.

Kedua, kefokusan bidang kompetensi. Sekolah non formal memungkinkan untuk fokus pada bidang kompetensi yang menjadi pilihannya. Mata pelajaran lain tetap diberikan, namun porsi mata pelajaran yang menjadi fokus kompetensi mendominasi dalam disain kurikulum dan pembinaan.

Sebagai contoh, di Ekselensia Tahfizh School muatan Alquran, Islamic studies, dan kepemimpinan mendominasi disain kurikulum pembelajaran dan pembinaan santri. Karena, tiga bidang ini menjadi core competencies lulusan Ekselensia Tahfizh School. Dengan kefokusan bidang kompetensi, sekolah non formal bisa lebih fokus dalam mencapai target kompetensi lulusannya.

Ketiga, kualifikasi guru. Pada sekolah non formal yang dikelola secara profesional, kualifikasi guru menjadi perhatian penting. Karena, disain kurikulum ideal yang sudah dirancang tidak akan berbuah banyak jika para guru tidak mampu menerjemahkannya dalam pembelajaran berkualitas.

Karena itu, rekrutmen guru tidak hanya berdasarkan dokumen legalitas ijazah, namun menitikberatkan pada uji tatap muka langsung. Sebagai contoh, pada awal inisiasi Ekselensia Tahfizh School, penulis terjun langsung menguji kompetensi keilmuan dan pedagogi calon guru yang akan direkrut.

Keempat, fleksibilitas ruang pembelajaran. Ciri khas sekolah non formal pembelajaran tidak harus dilakukan di ruang kelas, namun bisa juga dilakukan di masjid, saung, taman, perpustakaan, bahkan alam terbuka sesuai disain pembelajaran yang dirancang guru.

Sekolah non formal biasa menjadikan alam dan kehidupan sebagai laboratorium pembelajaran dan pembinaan. Sebagai contoh, program home stay bersama donatur, survival instinct, jumpa dan wawancara tokoh, magang desa, social project, rihlah dan backpacker menjadi model pembinaan yang dikembangkan di Ekselensia Tahfizh School.

Model pembelajaran dan pembinaan di atas membuat lulusan sekolah non formal lebih siap terjun ke masyarakat dan menjadi bagian di dalamnya, untuk kemudian memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat.

Dengan berbagai kelebihan tersebut bersanding dengan kesadaran masyarakat menengah dan atas tentang makna sejati pendidikan, didukung dengan fleksibilitas kurikulum merdeka, menjadi momentum tepat bagi pendidikan non formal untuk memainkan peran penting dalam semesta pendidikan nasional.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image