Rabu 28 Sep 2022 21:58 WIB

Kemenkes Ajak Masyarakat Cegah Kardiovaskuler dengan Deteksi Dini

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia.

Red: Ratna Puspita
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berupaya menekan laju kasus kardiovaskuler atau gangguan jantung dengan mengajak masyarakat melakukan deteksi dini penyakit serta menjaga pola hidup sehat.
Foto: Foto : MgRol112
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berupaya menekan laju kasus kardiovaskuler atau gangguan jantung dengan mengajak masyarakat melakukan deteksi dini penyakit serta menjaga pola hidup sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berupaya menekan laju kasus kardiovaskuler atau gangguan jantung dengan mengajak masyarakat melakukan deteksi dini penyakit serta menjaga pola hidup sehat. Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia dan penyakit dengan pembiayaan kesehatan termahal di Indonesia.

Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI Eva Susanti mengatakan, peringatan Hari Jantung Sedunia (HJS) 2022 mengangkat tema Global Use Heart for Every Heart dengan tema nasional Jantung Sehat Untuk Semua. Melalui tema HJS tahun ini, Kemenkes mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan sederhana dalam aktivitas sehari-hari.

Baca Juga

"Dengan menghidupkan perilaku cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin beraktivitas fisik, diet yang sehat dan seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stres (CERDIK) agar mendapatkan jantung yang sehat," kata dia melalui konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2022 yang diikuti dari YouTube di Jakarta, Rabu (28/9/2022).

Kemenkes telah menerapkan Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK) yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk merekam hasil pemeriksaan kesehatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Aplikasi itu merupakan pencatatan individu deteksi dini penyakit tidak menular secara digital. Saat ini, ASIK dapat digunakan untuk usia produktif di atas 15 tahun sampai kelompok usia lanjut.

Pencatatan hasil deteksi dini individual oleh tenaga kesehatan, kader posyandu atau posbindu, caregiver atau pendamping melalui ASIK, dan secara mandiri (self-assessment) terkait status risiko yang bisa dipantau setiap saat dari Aplikasi PeduliLindungi.

Kemudian, status risiko masyarakat dapat segera diketahui secara real-time, pemberian obat hingga rekomendasi untuk tindakan medis lanjutan kepada fasilitas kesehatan rujukan dilakukan dengan lebih efisien. Eva mengatakan, penyakit Kardiovaskular menduduki peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia sejak 2014-2019 berdasarkan data Global Burden of Disease atau GBD dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014 dan 2019.

Kardiovaskular adalah segala jenis penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Secara global, kata Eva, pada 2019 sebanyak 17,8 juta kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit jantung.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 melaporkan prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5 persen. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen pada 2013.

Eva mengatakan faktor risiko penyakit jantung secara global yang dipicu pengaruh tekanan darah mencapai 235,42 juta kasus, diikuti oleh polusi di dalam ruangan dan luar ruangan 213,28 juta kasus, merokok 199,79 juta kasus. Gangguan pada jantung juga bisa dipicu tingginya kadar gula darah yang kini mencapai 172,07 juta kasua, serta obesitas 160,27 juta kasus.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan 2018, kata Eva, tren kasus jantung di Indonesia meningkat dari 0,5 persen menjadi 1,5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement