Kamis 29 Sep 2022 12:45 WIB

Penerima Nobel Perdamaian Uskup Belo Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual pada Anak

Menurut saksi, kasus pelecehan pertama terjadi sebelum Belo diangkat menjadi uskup.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Mantan uskup agung Dili, Carlos Filipe Ximenes Belo ketika menerima Nobel Perdamaian bersama politikus Timor Jose Ramos Horta pada 1996. Penerima Nobel Perdamaian Uskup Belo Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual pada Anak
Foto: DPA Picture Alliance
Mantan uskup agung Dili, Carlos Filipe Ximenes Belo ketika menerima Nobel Perdamaian bersama politikus Timor Jose Ramos Horta pada 1996. Penerima Nobel Perdamaian Uskup Belo Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual pada Anak

REPUBLIKA.CO.ID, DILI -- Mantan uskup agung Dili, Carlos Filipe Ximenes Belo dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Pria yang akrab disapa Uskup Belo pernah mendapat Hadiah Nobel Perdamaian bersama José Ramos-Horta pada 1996.

Tuduhan tersebut pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Belanda De Groene Amsterdammer yang mencatat kesaksian dari para korban dan berbicara kepada puluhan orang yang mengeklaim mereka tahu tentang kasus atau secara pribadi mengenal para korban.

Baca Juga

Salah seorang korban sekarang berusia 42 tahun mengatakan, uskup pernah meminta tindakan seksual dengan imbalan uang ketika dia masih remaja. Dengan nama samaran Paulo, dia mengaku didekati oleh uskup pada akhir misa ketika baru berusia 15 atau 16 tahun. Kemudian, dia diundang untuk datang ke kediaman uskup.

Setelah memenuhi undangan itu, pada malamnya, uskup disebut mencopoti pakaiannya, membelai dia, dan melecehkannya dengan imbalan uang. Menurut para saksi, kasus pelecehan pertama terjadi pada 1980-an, sebelum Ximenes Belo diangkat menjadi uskup agung Dili, ibu kota Timor Timur.

Sebagai seorang uskup, Ximenes Belo dikenal sebagai sosok yang vokal dalam membela hak dan kebebasan sebagian besar orang Timor Timur Katolik selama beberapa dekade, mulai dari tahun 1975-1999. Ratusan ribu orang Timor-Leste meninggal selama pendudukan dan pelanggaran HAM berat dilakukan.

Dilansir The Tablet, Kamis (29/9/2022), uskup Belo dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1996 bersama dengan politikus Timor yang saat itu diasingkan, Ramos Horta. Mereka menarik banyak perhatian internasional untuk masalah Timor. Menurut De Groene Amsterdammer, tuduhan pertama kali muncul pada 2002 setelah Timor Timur memperoleh kemerdekaan, tetapi tidak dipublikasikan.

Uskup agung mengundurkan diri pada November tahun itu karena alasan kesehatan dan pindah ke Portugal saat dia terus tinggal bersama Salesian, ordo religius yang ia ikuti sebelum diangkat menjadi uskup. Saat ditanya oleh media Portugal, Salesian menolak berkomentar.

Tuduhan tentang kejahatan masa lalu uskup, dikatakan telah dilakukan terhadap remaja laki-laki yang sering rentan, termasuk para seminaris dan telah beredar di kalangan Gereja di Portugal selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah terdengar sampai ke media. Menurut De Groene Amsterdammer, Uskup Ximenes Belo berada di bawah pembatasan perjalanan yang diberlakukan Vatikan dan tidak dapat kembali ke Timor Timur tanpa izin.

Baca juga : Jokowi Ingatkan Sri Mulyani Hati-Hati Kelola APBN

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement