Jumat 30 Sep 2022 02:34 WIB

Universitas Brawijaya Kembangkan IoT GIS untuk Mitigasi Bencana di Semeru

Data-data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS) untuk melakukan mitigasi bencana di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim). Wilayah tersebut merupakan daerah terdampak erupsi Gunung Semeru pada beberapa waktu yang lalu.
Foto: dok. Humas UB
Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS) untuk melakukan mitigasi bencana di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim). Wilayah tersebut merupakan daerah terdampak erupsi Gunung Semeru pada beberapa waktu yang lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS) untuk melakukan mitigasi bencana di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim). Wilayah tersebut merupakan daerah terdampak erupsi Gunung Semeru pada beberapa waktu yang lalu.

Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik UB, Adipandang Yudono mengatakan, metode itu sebenarnya sudah diterapkan setelah erupsi Gunung Semeru hingga masa-masa pemulihan. Setelah erupsi Semeru, teknologi IoT digunakan untuk memasukkan data seperti jumlah pengungsi dan logistik, sebaran penyintas. "Kemudian juga data lokasi posko, obat-obatan dan makanan," katanya di Kota Malang, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga

Sementara itu, pada masa-masa pemulihan, teknologi IoT berbasis GIS digunakan untuk memetakan wilayah yang terdampak untuk pertanian dan peternakan. Kemudian juga untuk memetakan sektor lain seperti sekolah yang rusak.

Menurut Adipandang, data-data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial. Hal ini terutama dalam menangani lokasi terdampak sehingga bisa dijadikan sistem pendukung untuk penentuan kawasan yang layak huni kembali. Kemudian juga untuk didelineasi sebagai kawasan lindung ke depannya.

Pada kesempatan sama, Pakar Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya (UB) Profesor Sukir Maryanto mengatakan, sistem IoT bisa bekerja dengan dua metode, yakni melalui media manusia dan sensor. Untuk media manusia, sistem kerja IoT menggunakan tiga tahapan.

Tahapan pertama, yakni IoT memasukan data untuk kemudian dilakukan pengelolaan . Dari Manajemen database akan diteruskan ke operasional dashboolard. Operasional ini akan berisi infografis berisi sebaran kegiatan, jumlah kegiatan serta grafiknya.

"Sedangkan secara elektronik, IoT melakukan pemasukan data berdasarkan sensor-sensor secara elektronik yang dipasang di suatu tempat," ucapnya.

Selanjutnya, penggunaan IoT berbasis geospasial ini bisa digunakan untuk kegiatan perencanaan pemulihan area terdampak erupsi semeru. Beberapa di antaranya seperti reboisasi atau penanaman kembali untuk hutan yang gundul karena longsor atau karena dampak bencana.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Semeru, Sujarwo, mengakui, IoT untuk mitigasi bencana ini memudahkan aktivitas mahasiswa yang terlibat dalam proyek kemanusiaan Semeru. Hal ini lebih khususnya ketika hendak mengidentifikasi kerusakan dan suplai informasi secara lebih baik. Beberapa di antaranya seperti jumlah bangunan yang rusak dan data-data wilayah terdampak.

Selain pemanfaatan IoT untuk mitigasi bencana, dalam Proyek Kemanusiaan MBKM Semeru juga dilakukan School and Town Watching System. Target sasaran program ini antara lain sekolah dan warga masyarakat.

Menurut dia, upaya mitigasi bencana di sekolah (School Watching) termasuk suatu metode atau proses untuk mengidentifikasi elemen-elemen sekolah yang berisiko. Lalu juga untuk menganalisis dampak risiko dan menemukan solusi dari permasalahan ketika terjadi bencana.

Ada pun town watching penanggulangan bencana merupakan program bagi orang yang bermukim di suatu wilayah. Lebih tepatnya kepada warga, anak-anak, atau mahasiswa dengan cara berkeliling wilayah melihat dan memahami tempat-tempat berbahaya ketika terjadi bencana maupun fasilitas untuk keselamatan. Kemudian memikirkan sendiri langkah antisipasi terhadap bahaya jika terjadi bencana.

Town Watching, kata dia, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan bencana. Lalu mengidentifikasi kerentanan lingkungan dan sekitarnya serta mengidentifikasi kapasitas atau sumber daya masyarakat yang dapat digunakan ketika terjadi bencana. Selanjutnya, juga untuk mengidentifikasi permasalahannya utama di lingkungan masyarakat serta menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

"Dengan adanya town watching masyarakat bisa sadar dan punya solusi jika terjadi bencana," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement