Kamis 29 Sep 2022 22:05 WIB

Guru di Sulawesi Rasakan Manfaat Program SGI-MT Dompet Dhuafa

Guru Ati terus berupaya memberikan pengajaran yang terbaik bagi setiap siswa.

Rep: rossi handayani/ Red: Hiru Muhammad
Salah seorang guru honorer di SDN 6 Wawonii Barat di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, Andriyawati (45 tahun) turut merasakan manfaat dari program Sekolah Guru Indonesia Master Teacher (SGI-MT) yang diselenggarakan Dompet Dhuafa.
Foto: istimewa
Salah seorang guru honorer di SDN 6 Wawonii Barat di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, Andriyawati (45 tahun) turut merasakan manfaat dari program Sekolah Guru Indonesia Master Teacher (SGI-MT) yang diselenggarakan Dompet Dhuafa.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Salah seorang guru honorer di SDN 6 Wawonii Barat di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, Andriyawati (45 tahun) turut merasakan manfaat dari program Sekolah Guru Indonesia Master Teacher (SGI-MT) yang diselenggarakan Dompet Dhuafa.

Kini dia tengah dalam proses pengangkatan menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Guru Ati, sapaan akrabnya, telah mengabdikan diri selama 17 tahun sebagai guru honorer untuk mencerdaskan generasi muda Wawonii.

Baca Juga

“Saya merasa bersyukur telah mengikuti program SGI. Dari situ, saya lebih memahami karakter masing-masing siswa. Bagaimana menyampaikan pelajaran yang baik, dan seterusnya. Waktu itu, setiap kali pulang dari perkuliahan di SGI, langsung saya terapkan saat mengajar ke anak-anak," kata dia dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.

"Yang tadinya saya kesulitan menangani siswa, dengan bekal yang diperoleh di SGI, saya bisa tahu bagaimana membaca karakter masing-masing anak dan bagaimana cara menghadapinya,” lanjutnya.

Harapannya terhadap siswa-siswa didiknya pun tak akan pernah padam. Guru Ati terus berupaya memberikan pengajaran yang terbaik bagi setiap siswa. Saat ini, sebanyak 50 anak menjadi siswa didiknya. Kondisi sekolah yang rusak menjadi tantangan tersendiri baginya. Terkadang, para siswa rela belajar di ruang perpustakaan atau pun bergabung dengan kelas lain. Belum lagi untuk menuju sekolah, Guru Ati harus menempuh jarak yang cukup jauh nan terjal, apalagi saat musim hujan. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk bertemu dengan siswa-siswanya.

Guru Ati merupakan lulusan SGI-MT Angkatan 44 di Kabupaten Konawe Kepulauan. Guru Ati telah mengikuti wisuda bersama 25 guru honorer lainnya di Aula Gedung Kantor Bupati Konawe Kepulauan pada 2021 lalu. Guru Ati tergolong menjadi peserta SGI-MT terbaik di antara rekan-rekannya.

Perubahan yang begitu meningkat dirasakan olehnya lantaran ilmu-ilmu baru yang ada di SGI Master Teacher. SGI-MT menjadi program pelatihan dan pendampingan profesi guru yang bertujuan untuk melahirkan guru-guru pemimpin di masa depan.

Program ini menggunakan kurikulum perkuliahan 10 Kepemimpinan Guru Indonesia dalam konten-konten perkuliahannya. Sebagai salah satu guru SGI, Guru Ati merasakan program ini menjadi stimulus baginya untuk meluruskan niat sebagai guru yang sebenar-benarnya, memperkaya wawasan keilmuan, meningkatkan nilai-nilai kepemimpinan, mengembangkan profesi secara berkelanjutan, memperkuat kecintaan dan kebanggaan terhadap profesi, serta membawa dampak perubahan yang positif bagi para siswa maupun pembelajaran di kelas.

Selain kegiatannya mengajar, Guru Ati tetap harus membimbing kedua anak perempuannya yang juga masih menempuh jenjang pendidikan. Sekitar pukul 06.30 WITA setiap harinya, ia beranjak dari rumah panggung kayu bersama anak bungsunya menuju salah satu SMA.

Dengan menggunakan sepeda motor, ia menempuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di SMA. Dari situ ia langsung bertolak menuju SD tempatnya mengajar dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Begitu pun saat pulang sekolah, ia menjemput anaknya sebelum pulang ke rumah.

Guru Ati menyampaikan besar terima kasih kepada Dompet Dhuafa termasuk para muzakki dan donatur-donaturnya. Lewat penyaluran dana zakat yang ia terima berupa program SGI, dirinya mampu berdaya dan turut andil dalam membantu anak-anak di Pulau Wawonii meraih masa depan yang lebih cerah.

Salah satu hal yang sangat membuatnya senang adalah tatkala pelajaran-pelajaran yang ia sampaikan diterima dengan baik oleh siswa-siswa didiknya hingga mereka memahami betul materi-materi yang diajarkan. Hal tersebut dirasakannya setelah mendapatkan metode-metode pengajaran dari SGI Master Teacher.

“Saya sampai tidak bisa menceritakan bagaimana senangnya saya, ketika saya mengajar kemudian anak-anak memahami. Ada rasa kepuasan yang besar pada diri saya. Itu saya dapatkan karena mengikuti SGI. Dari tahun 2005 saat saya mulai mengajar, yang saya kejar memang bukanlah uang. Kalau berfikirnya tentang uang, saya yakin pasti sudah terputus. Tapi kalau menjalaninya dengan hati, saya merasa bertanggung jawab penuh atas siswa-siswa yang saya ajar,” ucapnya.

Awal mula ia mengabdi menjadi pengajar adalah pada 2005. Saat itu ada perekrutan guru honorer. Ia mencoba mendaftar dan diterima di SDN 6 Wawonii Barat ini. Beberapa bulan pertama ia merasa jauhnya tempat ia mengajar dari rumahnya. Namun karena rasa senang dan cintanya yang tinggi terhadap anak-anak, ia pun merasa senang mengajar meski dengan imbalan yang tak bisa diharapkan.

“Kadang saya berfikir kenapa saya masih bertahan, tapi di sisi lain saya memiliki tanggung jawab. Ketika saya berhenti mengajar bagaimana dengan anak-anak ini. Saya termotivasi dari situ. Kalau saya ingat-ingat, ilmu yang kita dapat di SGI bisa kita terapkan kepada anak-anak, itu yang paling berharga," katanya. 

Dulu saya pernah merasakan putus sekolah, setelah saya jadi guru, saya merasakan bagaimana pentingnya ilmu itu. "Saya terus bersyukur, dengan adanya SGI ini, kami bisa tahu bahwa uang zakat itu manfaatnya sangat luar biasa dan akan terus mengalir di dalam tubuh kita,” paparnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement