Ahad 02 Oct 2022 01:31 WIB

BKSDA Aceh Harap Masyarakat Berbagi Ruang dengan Satwa Liar

Gajah liar dilaporkan merusak perkebunan warga di Gampong Cot Cantek, Pidie.

Red: Friska Yolandha
Warga mengamati bangkai Gajah sumatra (Elephas maximus sumatrensis) yang ditemukan mati di kebun milik warga di Desa Tuha Lala, Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (9/9/2020). Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh berharap masyarakat di provinsi setempat khususnya di Kabupaten Pidie dapat membagi ruang dengan satwa liar seperti gajah.
Foto: Antara/Joni Saputra
Warga mengamati bangkai Gajah sumatra (Elephas maximus sumatrensis) yang ditemukan mati di kebun milik warga di Desa Tuha Lala, Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (9/9/2020). Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh berharap masyarakat di provinsi setempat khususnya di Kabupaten Pidie dapat membagi ruang dengan satwa liar seperti gajah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh berharap masyarakat di provinsi setempat khususnya di Kabupaten Pidie dapat membagi ruang dengan satwa liar seperti gajah. Hal itu penting dalam upaya meminimalkan konflik masyarakat dengan gajah.

"Konflik satwa gajah liar dengan manusia sering terjadi di Kabupaten Pidie sehingga ini perlu adanya pembagian ruang dengan satwa liar gajah agar dapat hidup bersama secara bagian masing-masing dengan tidak merugikan yang lain," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Kamaruzzaman di Pidie, Sabtu (1/10/2022).

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikannya menanggapi adanya laporan gajah liar yang mengobrak-abrik lahan perkebunan warga di Gampong/desa Cot Cantek Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie pada Jumat (30/9/2022). 

Ia menjelaskan kondisi di lapangan yakni hutan tempat perlintasan satwa dilindungi tersebut sedang tidak baik-baik karena manusia tidak lagi mengurus alam dan ulah tangan jahil manusia seperti illegal loging, perambahan dan perubahan fungsi lahan.

Ia menjelaskan jalur yang dilalui satwa liar untuk digunakan mencari makan semakin sempit karena ekosistem alam tidak dijaga dan rusak. Sehingga, satwa terganggu dan terjadilah konflik dengan manusia.

Ia menambahkan, jalur yang biasanya dilalui dan tempat yang biasa dihuni gajah sudah tidak ada lagi. Habitat yang nyaman untuk keberlangsungan hidup satwa dicemari oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Ia mengatakan untuk mencegah konflik gajah dan manusia di Kabupaten Pidie tersebut pihaknya telah mengiring gajah agar kembali ke habitat asal. Meskipun, hewan tersebut kerap kembali lagi ke area tanaman warga.

"Saat ini tim sedikit terkendala harus membagi personel ke lapangan karena konflik kerap terjadi secara bersamaan," katanya.

Sebelumnya, kawanan gajah liar merusak tanaman produktif milik warga sebanyak 24 hektare sejak lima hari yang lalu, di Desa Cot Cantek Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie. "Warga tidak berani ke kebun karena gajah masih bersembunyi di tengah kebun yang luas sekitar 24 hektare," kata Keuchik/kepala desa, Gampong Cot Cantek, Jumat.

Ia menjelaskan ratusan tanaman dirusak dan dipatahkan oleh gajah, bahkan ada yang dimakan seperti pohon pinang, pohon kelapa, pohon nangka, pohon pisang dan rambutan. Menurut dia tanaman yang dirusak gajah tersebut sudah bisa di panen, tetapi kawanan gajah liar itu menghancurkan semua tanaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement